Selasa 08 Oct 2019 12:44 WIB

Tawa dan Tangisan Isi Reuni Alumnus Gontor Putri 2009

Reuni Alumnus Gontor Putri Veena Lafeyzha baru terlaksana setelah 10 tahun kelulusan

Reuni Alumni Gontor Putri angkatan 2009 Veena Lafeyzha
Foto: Difira Auliyandani, Alumnus GP 1 2009
Reuni Alumni Gontor Putri angkatan 2009 Veena Lafeyzha

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Moment penting pada tanggal 5 Oktober 2019 terlaksana di Pondok Pesantren Gontor Putri 1 Mantingan Ngawi. Alhamdulillah terlaksana agenda One Decade Veena Lafeyzha, reuni akbar yang dilaksana setelah 10 tahun kelulusan.

Perasaan mengharu biru, rindu dan kebahagiaan meliputi relung hati. Semuanya pecah di agenda akbar ini. Para peserta berdatangan dari seluruh penjuru daerah yaitu Jawa bahkan dari Luar Jawa. 

Kerinduan pada setiap sudut pondok, suasana yang melingkupinya, kawan-kawan yang dulu selalu menyertai dan yang utama adalah taujihat wal irsyadat dari para asatidz pondok lah yang mendorong peserta untuk mengorbankan harta, tenaga dan waktunya untuk menghadiri agenda ini.

Bahkan auditorium tumpah oleh tangisan para peserta ketika menyanyikan hymne dan mars pondok. Gontor laksana ibu kandung, maka selalu membuat anak-anaknya rindu untuk pulang kembali.

Jika di rahim ibu kita dikandung selama 9 bulan, maka Gontor yang mengandung empat sampai enam tahun tentu lebih lekat lagi hubungannya dengan anak-anaknya, begitu kurang lebih Ustadz Hidayatullah Zarkasyi menyampaikan dengan juga rasa penuh rindu pada anak-anaknya. 

Banyak hal disampaikan dari para asatidz. Motivasi, kehidupan, pelajaran bahkan pembahasan terkait jodoh yang tak luput dari perhatian para singlelillah.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh para asatidz sungguh menyimpan harapan dan perhatian yang sangat besar kepada anak-anaknya. Mengutip beberapa point taujihat yang disampaikan oleh KH. Ustadz Hidayatullah Zarkasyi, MA kepada anak-anaknya agar para alumni gontor bisa menjadi perekat umat.

Agar selalu menjadi kaum yang mengambil jalan lurus sebagaimana yang diambil oleh Gontor. Bukan jalan sekuler, liberal bahkan komunis. Jika ada yang berada disana karena lingkungan maka keluarlah, bertobatlah dari liberalisme yang kini sedang marak.

Makna Motto “GONTOR BERDIRI DI ATAS DAN UNTUK SEMUA GOLONGAN” bermakna berjuanglah bersama kelompok manapun, gerakan manapun yang mu’tabar. Baik itu kelompok A,B,C atau D, jika itu mu’tabar dan lurus maka pasti akan merekatkan umat. Kemudian beliau mencontohkan bagaimana pernah ada 2 alumnus Gontor menjadi pemimpin dua kelompok terbesar di Indonesia, maka keduanya bisa rukun. Dan karena itu pulalah musuh Islam berusaha bagaimana mampu untuk memecahkan lagi kelompok-kelompok di kalangan umat Islam kini. Maka selalu jadilah perekat umat! 

Terima kasih banyak kepada Angkatan 2009 Veena Lafeyzha. Semoga kita bisa berjumpa lagi di dunia dan juga di Jannah Allah. Terima kasih panitia keseluruhan yang dipimpin oleh Arini Rahmawati konsulat Jakarta. Hanya Allah yang mampu membalas semuanya.

Pengirim: Difira Auliyandani, Alumnus GP 1 2009

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement