Senin 07 Oct 2019 15:45 WIB

Kemendikbud Targetkan Revitalisasi 5.000 SMK Hingga 2024

Tahun ini Kemendikbud akan merevitalisasi 300 SMK.

Siswa SMK Negeri 4 Jakarta Utara memasang penyaring udara di ruangan kelas SD Negeri 07 Pagi, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (18/9/2019).
Foto: Thoudy Badai
Siswa SMK Negeri 4 Jakarta Utara memasang penyaring udara di ruangan kelas SD Negeri 07 Pagi, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (18/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menargetkan sebanyak 5.000 sekolah menengah kejuruan (SMK) yang akan direvitalisasi hingga 2024. Revitalisasi ini dalam rangka mempersiapkan generasi muda untuk peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan kerja atau vokasi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menuturkan revitalisasi tersebut sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia yang telah ditetapkan pada 9 September 2016.

Baca Juga

“Pertama jumlah SMK diperbanyak dibanding SMA. Lalu menyiapkan lulusan masuk ke dunia kerja sesuai dengan tuntutan lingkungan seperti industri 4.0,” katanya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (7/10).

Ia menuturkan program revitalisasi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 2018 dengan jumlah 300 SMK. Pada 2019 sebanyak 300 SMK, dan untuk 2020 ada 550 SMK serta akan terus dikembangkan agar bisa mencapai 5 ribu pada 2024 mendatang.

“Sebetulnya masih jauh dari target karena jumlah SMK kita kan 14 ribu,” ujarnya.

Muhadjir menjelaskan ada lima sektor yang menjadi fokus revitalisasi yaitu pariwisata, pertanian produktif, ekonomi kreatif, kemaritiman atau kelautan, pariwisata, dan energi pertambangan. Revitalisasi dengan menerapkan strategi perubahan kurikulum yakni dari supply base menjadi demand base.i

“SMK itu yang menentukan bukan hanya pemerintah melainkan industri. Jadi nanti tenaga gurunya juga akan kita ambil sebagian dari mereka yang sudah punya pengalaman kerja di lapangan,” katanya.

Muhadjir melanjutkan, pemerintah menyiapkan anggaran sekitar Rp 4,3 triliun untuk pelatihan kerja tersebut. Dengan begitu diharapkan para siswa lulusan SMK bisa memiliki bekal dasar sebelum mendapat pelatihan lanjutan dari para industri.

Menurutnya, persiapan untuk siswa SMK tidak cukup jika hanya melalui pelajaran yang didapat dari sekolah sehingga ada pre service training yang wajib diikuti oleh mereka.

Oleh sebab itu, para lulusan SMK tersebut juga diarahkan untuk mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) milik Kementerian Tenaga Kerja sebab hal itu sebagai jembatan dalam mengakomodasi lulusan baru agar semakin siap untuk masuk ke dunia kerja.

“Sebetulnya memang kalau secara teoritik kita tidak mungkin betul-betul menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai dari sekolah jadi Kementerian Tenaga Kerja punya BLK untuk jembatan akomodasi lulusan segar dari SMK dan SMA,” katanya.

Muhadjir menilai kesuksesan revitalisasi SMK merupakan tugas bersama antara pemerintah dan sektor industri sehingga pemerintah juga telah menerbitkan aturan pengurangan pajak penghasilan (PPh) atau insentif super deduction kepada para perusahaan yang turut membantu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada lulusan SMK.

“Kemenperin juga karena sekarang sudah ada kebijakan presiden soal super deduction jadi perusahaan yang bantu sekolah dan balai latihan kerja itu ada pemotongan pajak,” ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement