Sabtu 05 Oct 2019 05:11 WIB

Tahu Panggilan (Cerita Pendek)

Bau jeriken membuat ia sadar bahan yang pernah ia temui untuk mengawetkan mayat

Tahu Panggilan
Foto:

Sehabis mengangkat jemuran, lagi-lagi yang dilihatnya dalam rumah adalah suaminya yang melamun di hadapan kaca. Matanya awas melihat manusia yang lewat. Bu Wati memakluminya. Itu sudah terhitung lama untuk menunggu sebuah panggilan.

Nasi di meja hanya ditemani lauk seadanya berupa sayuran yang dipetik dari kebun. Bumbu dapur hampir habis. Beras saja cukup dimakan dua hari itu. Ia juga sama-sama resah.

“Apa aku kerja saja ya, Pak? Kan kalau di pabrik lumayan. Ini aku serius lho, Pak,” ucap istrinya ragu-ragu. Pak Pardi terusik, tapi fokus kembali pada targetnya. “Pak,” kata istrinya.

Semakin lama Pardi kian jengkel. “Diam. Kalau mau kerja kenapa gak sekalian jadi TKW aja? Itu gajinya gak cuma lumayan, tapi besar. Itu yang namanya serius meninggalkan suami dan anak. Gak tanggung-tanggung.” Pardi marah besar. Istrinya kaget mendengar ungkapan suaminya yang kelewat batas itu. Ia memilih mundur.

Sudah seminggu sejak pertikaian soal pekerjaan itu, Pak Pardi tetap tak diberi kabar. Ia berinisiatif mendatangi pabrik itu. Mungkin kendalanya tak ada bahan yang distok, atau menunggu jeriken itu lagi. Yang terakhir agaknya masuk juga.

Sesampainya di depan pabrik, Pak Pardi kaget melihat garis-garis kuning membentang mengelilingi pabrik itu. Pikirannya kalut. Jika saja ada juragannya, ia akan langsung bertanya kejadian itu. Ia berfirasat buruk akan keadaan Pak Kirman. Kebetulan sepi sekali kecuali dua orang tukang ojek yang biasa mangkal di pojokan.

“Mas, ini kok ada garis gini kenapa ya?” salah satu tertarik untuk menjawab.

“Kemarin pabrik ini digerebek polisi, Pak. Gara-gara tahunya dikasih formalin gitu…. Udah lama polisi mengintai kegiatan itu. Kan ngeri ya?” ucapannya segera disambut anggukan oleh temannya. “Mana aku sering makan tahu di situ lagi. Bisa-bisa penyakitan nih.”

Ngomong-ngomong Mas ini yang sering nyetir mobil pabrik itu kan?” Ia baru tersadar bahwa dirinya ada keterkaitan dengan pabrik itu. Sopirnya seorang tersangka yang sekarang sedang diinterogasi dan wajahnya membelakangi kamera. Ia ikut andil dalam pembuatan tahu itu.

Tanpa menjawab pertanyaan tadi dan berterima kasih, Pak Pardi langsung kabur. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Sesampainya di rumah, menahan napas sejenak, ia menyuruh istri dan anaknya berkemas. “Kita ke Kalimantan sekarang.”

 

TENTANG PENULIS: THOYIBAH, Penulis pernah mengikuti berbagai perlombaan menulis. Saat ini, bersekolah di MAN Salatiga. Akun sosmed saya, Fb ; Thoybah, IG ; Thoybah31

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement