Kamis 05 Sep 2019 16:21 WIB

Teknologi, Pornografi dan Anak Indonesia

Pemerintah harus aktif cegah penyebarluasan pornografi yang merusak anak Indonesia

Anak dan Pornografi (ilustrasi)
Foto: Antara
Anak dan Pornografi (ilustrasi)

Dewasa ini, kemajuan teknologi memang bukan hal yang tabu lagi di masyarakat. Orang tua pun harus mengikuti alur dari kemajuan teknologi tersebut agar tidak di cap “ketinggalan zaman”. Beberapa dari orang tua mampu mengikuti, beberapa lainnya justru merasa kesulitan dan tidak acuh terhadap teknologi yang kian melesat jauh dari masa sebelumnya.

Berbeda dengan para orang tua, anak-anak serta remaja justru merasa bahagia akan kemajuan teknologi saat ini, jika dahulu handphone hanya digunakan untuk berkirim pesan singkat dan menelepon sanak keluarga atau orang lain, di era millenial ini telepon genggam justru sebagai media hiburan bagi setiap orang.

Namun, penggunaan handphone justru semakin jauh dari fungsi yang sebenarnya, banyak sekali kasus yang terjadi di sekitar kita hanya karena penyalah gunaan telepon genggam. Anak-anak di bawah umur yang sudah kecanduan game online, akses pornografi yang tidak terkontrol, penipuan melalui media sosial online, dan banyak kasus lain yang diakibatkan minimnya peran keluarga sebagai lingkup kecil serta Negara sebagai lingkup luas dalam mengawal perkembangan teknologi yang ada di masyarakat.

Dilansir dari kominfo.go.id (18/2/14) hasil Riset Kominfo dan UNICEF mengenai perilaku anak dan remaja dalam menggunakan Internet, salah satunya ialah, hampir semua dari anak dan remaja tidak setuju terhadap isi pornografi di Internet. Namun, sejumlah besar anak dan remaja telah terekspos dengan konten pornografi, terutama ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan yang bernuansa vulgar.

Sudah menjadi fitrahnya anak-anak dan remaja merasa penasaran terhadap hal baru yang sebelumnya tidak mereka ketahui, untuk itu bukan hal aneh jika dalam penggunaan internet para anak dan remaja coba-coba mengakses situs pornografi, iklan yang bernuansa vulgar, atau konten lainnya yang kerap tanpa sengaja terbuka di internet. Selanjutnya setelah rasa penasaran itu terpecahkan, tidak langsung anak-anak dan remaja meninggalkan situs pornografi tersebut, mereka akan terus mencari hal lain yang mungkin belum mereka dapati di konten sebelumnya, mereka akan lebih berani.

Masih banyak orang yang belum mengetahui bahwa kecanduan pada pornografi lebih berbahaya dari pada narkoba. Pornografi dapat menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada bagian otak yang tepat berada di belakang dahi, sedangkan kecanduan narkoba menyebabkan kerusakan pada tiga bagian otak. Sungguh ironis, jika negeri ini begitu peduli pada para pecandu narkoba, mengapa seakan tidak acuh pada para generasi penerus yang kecanduan pornografi?

Bukti nyata sudah didapati, belakangan beredar sebuah video di media sosial instagram, video tersebut berisi dua orang anak SD yaitu laki-laki dan perempuan sedang mempraktikkan adegan dewasa di hadapan teman-temannya, mereka melakukan adegan itu seolah tanpa merasa malu. 

Melalui laman beritasumut.com (21/8) Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Nawal Edy Rahmayadi pada acara Penguatan Pola Asuh Anak dan Remaja di Aula Kelurahan Mabar Kota Medan tanggal 20 Agustus 2019 mengatakan bahwa efek dari perkembangan teknologi ini terhadap perilaku anak yakni pada tayangan televisi, yang lebih gampang diserap oleh anak. Sehingga anak cenderung meniru dan melakukan apa yang dilihatnya dari televisi tersebut, termasuk tayangan yang belum pantas dilihat anak-anak. 

Seruan kepedulian dari Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Nawal Edy Rahmayadi pada acara Penguatan Pola Asuh Anak dan Remaja di Aula Kelurahan Mabar Kota Medan cukup menggugah, namun realitanya dengan penerapan sistem ala Barat saat ini sulit untuk mewujudkan pola asuh yang benar pada anak dalam penggunaan teknologi.

Sehingga sangat membutuhkan peran aktif pemerintah (negara) dalam mensistemi pengaturan konten-konten yang pantas untuk dikonsumsi anak. Dengan demikian, akan terwujud generasi yang handal dan bermutu dalam pemberdayaan teknologi demi terwujudnya peradaban yang benar dan gemilang.

Kita dapat belajar melalui sejarah Perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah, salah satunya pada saat masa kekuasaan Khalifah Harun Ar-Rasyid, pada masanya pemerintahan Islam mengalami puncak kemegahan dan kesejahteraan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Harun Ar-Rasyid dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani.

Dia telah melakukan penyerbuan dan penaklukan negeri Romawi pada saat baru berumur 20 tahun. Dia pun dikenal sebagai sosok yang takwa dan takut kepada Allah dalam segala perkara. Pada zaman Abbasiyah juga terjadi beberapa kemajuan dalam berbagai bidang, diantaranya; kemajuan ilmu-ilmu agama (ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu kalam, ilmu Fiqh, ilmu tassawuf), serta kemajuan filsafat dan sains.

Artinya, sistem pemerintahan Islam berhasil mencetak generasi-generasi emas yang mampu mencatat sejarah peradaban terbaik. 

Pengirim: Eva Purnama, Mahasiswa FKIP UMSU

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement