Kamis 03 Oct 2019 12:30 WIB

Memprihatinkan! Ruang Kelas SDN 3 di Bandung Barat Ambruk

Sejak dibangun pada 1965, renovasi dilakukan sekali pada 2005 oleh swasta.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ani Nursalikah
Sebagian bangunan dan atap ruang kelas 5 di SDN 3 Gudang Kahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat ambruk akibat kondisi bangunan yang sudah rusak, Kamis (3/10).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Sebagian bangunan dan atap ruang kelas 5 di SDN 3 Gudang Kahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat ambruk akibat kondisi bangunan yang sudah rusak, Kamis (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Sebagian bangunan dan atap ruang kelas lima SDN 3 Gudangkahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung ambruk. Akibatnya, aktivitas belajar siswa dipindahkan bersama kelas tiga.

Aktivitas belajar siswa kelas enam dipindahkan ke ruang guru, sebab ruangan mereka berpotensi ambruk. Berdasarkan pantauan, sebagian dinding tembok bagian depan kelas lima ambruk. Kondisi lebih parah terlihat di dalam ruangan, plafon ruangan ambruk, dan terpaksa ditahan oleh kayu agar tidak jatuh ke lantai. Genting atap pun hampir ambruk.

Baca Juga

Kepala Sekolah SDN 3 Gudangkahuripan, Dindin Tajudin, mengungkapkan ruangan ambruk pada Rabu (2/10) lalu sekitar pukul 15.30 WIB. Saat itu, para siswa sudah bubar sekolah sehingga tidak ada siswa yang terkena reruntuhan.

"Awalnya ada retak-retak sedikit, kemudian kami antisipasi anak-anak dievakuasi ke ruangan lain. Berselang dua hari, ambruk," ujarnya saat ditemui di sekolah, Kamis (3/10).

Ia mengaku saat kondisi ruang kelas mengalami kerusakan, dirinya melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat. Ia kemudian membuat proposal bantuan ke Provinsi Jabar tentang kondisi sekolah yang perlu direhab.

"Karena prosesnya lama, belum turun bantuannya keburu ambruk. Mungkin butuh proses karena pembangunan tidak mudah," katanya.

Dirinya menyebutkan kondisi semua bangunan di SDN 3 tidak layak pakai. Sejak dibangun pada 1965, renovasi baru dilakukan sekali pada 2005 oleh swasta. Ia pun was-was setiap kegiatan belajar-mengajar sebab kondisi bangunan yang tidak layak.

"Kondisi kelas kami seperti gerbong kereta api, berhubungan satu sama lainnya. Kalau satu rusak yang lain ikut rusak," ujarnya.

Dindin mengatakan jumlah siswa kelas satu hingga kelas enam sebanyak 120 orang dengan enam rombongan belajar. Namun, hanya terdapat empat ruang kelas sehingga satu kelas terpaksa belajar siang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement