Selasa 01 Oct 2019 23:28 WIB

Jurus Jitu Selamatkan Negeri Tercinta

Selamatkan negeri dengan dua perkara yang ditinggal Rasulullah yaitu Quran dan Hadist

Aki Masa Mujahid 212, Sabtu (28/9.
Foto: Bunayya Syaifudin
Aki Masa Mujahid 212, Sabtu (28/9.

Akhir bulan September ini banyak terjadi aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Diawali dengan aksi mahasiswa dari seantero nusantara, yang menilai banyaknya pasal karet dan bermasalah dalam sejumlah Rancangan Undang-Undang. Diantaranya RKUHP, RUU Minerba dan SDA, RUU Pertanahan, RUU Permasyarakatan dan RUU Ketenagakerjaan yang harusnya ditunda pengesahannya.

Termasuk membatalkan Revisi UU KPK dan penindakan tegas terhadap pelaku perusakan alam di beberapa tempat. Kemudian ada juga aksi damai dari massa dengan menggunakan atribut Muslim dan membawa bendera tauhid ‘Selamatkan NKRI’ pada Sabtu pagi, 28 September 2019.

Sebelum berganti nama menjadi Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI, aksi ini mengusung nama Parade Tauhid Indonesia. “Dengan semangat Mujahid 212 mari kita kembali bersama-sama lakukan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Aksi Mujahid 212 untuk selamatkan NKRI,” kata Ketua Panitia Aksi Mujahid 212 Edy Mulyadi di Jakarta.

Selanjutnya menurut Edy, setidaknya ada empat isu utama yang disampaikan dalam aksi mujahid 212. Yaitu terkait tindakan aparat saat menghadapi demonstrasi mahasiswa, terkait aksi pelajar pada Rabu (25/9), kerusuhan yang ada di Wamena-Papua, dan soal asap yang diakibatkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Sumatra dan Kalimantan. 

Begitu derasnya permasalahan di negeri tercinta. Banyaknya undang-undang di negeri inipun ternyata tidak bisa membuat rakyat lepas dari jerat masalah. Ibarat tubuh manusia yang sudah diserang berbagai komplikasi penyakit, maka negeri ini butuh jurus jitu cepat dan tuntas untuk menyelesaikan berbagai problem kehidupan. Mengapa banyaknya undang-undang belum bisa mengeluarkan negeri ini dari berbagai problem?. 

Disadari atau tidak, kebanyakan manusia saat ini sangat mengagungkan akalnya. Lupa bahwa secerdas-cerdasnya manusia, kita punya kelemahan dan keterbatasan dalam berpikir.

Termasuk manusia butuh sekali dengan Al Khaliq sebagai Dzat Yang Maha Sempurna, yang paling berhak untuk mengatur manusia, alam semesta, dan kehidupan. Namun saat ini kita lihat betapa liberalisme dalam demokrasi telah menjadikan manusia bebas untuk membuat hukum (aturan) menandingi syariatNya.

Padahal, ribuan tahun yang lalu Allah Ta’ala telah memberikan panduan kehidupan yang lengkap untuk manusia. Yaitu seperangkat aturan yang sempurna yang tertuang di dalam Al-Qur’an. Hal ini bisa kita ketahui sebagaimana firmanNya dalam surat Al-Baqarah ayat 2 yang artinya “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.

Panduan lainnya terkait kehidupan masyarakat dalam suatu negeri, bisa kita lihat di dalam surat Saba’ ayat 15-16. Imam Ibnu Katsir rahimahulLah saat menafsirkan ayat ini menyatakan, “Saba’ adalah (sebutan) raja-raja Yaman dan penduduknya. Dulu mereka berada dalam kenikmatan dan kebahagiaan yang mengisi negeri dan kehidupan mereka, kelapangan rezeki mereka, serta tanam-tanaman dan buah-buahan mereka.

Allah Ta’ala lalu mengutus pada mereka para Rasul. Para Rasul itu menyeru mereka agar memakan rezeki yang Dia berikan dan agar bersyukur kepadaNya dengan mentauhidkanNya dan beribadah kepadaNya.

Keadaan mereka (yang baik) itu terus berlangsung hingga masa yang Allah kehendaki. Lalu mereka berpaling dari apa yang diserukan kepada mereka. Akibatnya, mereka dihukum dengan datangnya banjir bandang dan terpencar-pencarnya mereka di banyak negeri”. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/445).

Adapun makna “Rabbun ghafur” dalam ayat ini menurut Imam ath-Thabari rahimahulLah, bermakna “Rabb kalian adalah Rabb Yang Maha Pengampun jika kalian mentaatiNya”. (Tafsir ath-Thabari, 6/215).

Bercermin pada panduan hidup yang ada di dalam Al-Qur’an, maka seharusnya seluruh elemen masyarakat di negeri ini segera introspeksi diri dan melakukan taubatan nasuha. Dengan metode inilah maka negeri ini bisa lepas dari jerat masalah yang sudah mengakar di seluruh sendi kehidupan.

Teringat sabda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam “Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya yaitu Al Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam” ( HR. Al Hakim, sanadnya shahih kata Al Hakim).

Pengirim: Dahlia Kumalasari, Pendidik, tinggal di Jawa Timur

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement