Kamis 26 Sep 2019 06:07 WIB

Menikmati Sajak Manis dan Renyah Israkhansa

Khansa memberikan sinyal kepada seseorang yang pernah menorehkan cinta dihatinya.

Rep: Irwan Kelana/ Red: Karta Raharja Ucu
Usai Sebelum Dimulai
Foto: Republika
Usai Sebelum Dimulai

REPUBLIKA.CO.ID, Nama lengkapnya Tasneem Khaliqa Israkhansa. Dalam dunia tulis-menulis seperti di koran, Wattpad, Instagram, dan lainnya, ia biasa memakai nama Israkhansa. Teman-temannya sering memanggilnya Khansa.

Di usianya yang baru 17 tahun, gadis kelahiran Coventry, Inggris, itu telah mampu menorehkan banyak puisi. Sebagian besar puisi itu dikumpulkan dalam buku antologi yang berjudul Usai Sebelum Dimulai.

Baca Juga

Membaca sajak-sajak karya Khansa, kita dibuat terpesona, bahkan sejenak terlupa bahwa sajak-sajak ini ditulis oleh seorang remaja yang masih duduk di bangku SMA. Sajak-sajaknya manis dan renyah. Puitis dan berisi. Menggelitik dan terkadang menyentak. 

Ia tak segan melepas topeng dan menjadi dirinya sendiri. Sehingga, ada aura kejujuran yang terpancar pada bait- bait puisinya.

Simak saja goresan penanya berikut ini: Perihal puisi atau syair-syairku selama ini, lupakan saja, tidak ada lagi yang perlu kamu baca dengan terpaksa.

Sebab, percuma juga digambarkan padahal rasanya sudah sama-sama padam. Atau.... Hanya aku saja yang demikian?

Dalam sajaknya yang berikut, terasa sekali romantisme yang mengundang kerinduan:

Untuk dia yang telah lama hilang, terserah kapan kau ingin datang; kapan pun, rumah ini tetap bisa kau jadikan tempat berpulang.

Khansa seperti memberikan sinyal kepada seseorang yang pernah menorehkan cinta di hatinya, tapi jalinan itu tak pernah sampai ke muaranya: Kita adalah cerita yang tak tuntas kita adalah sepasang yang tak pantas dan kita adalah angka satu yang bergegas, namun lukanya tak pernah hilang bekas.

Namun, ada pula sajaknya yang mengejutkan kita dengan kedewasaannya. Misalnya, Sanjung Aku: Sanjung aku dengan tindak tegasmu, bukan rayu puja bak sampah atau dengan peluk nafsu birahimu!

Sebab, aku wanita yang tidak ingin dipuja, tapi cukup dengan dipelihara- dengan atau tanpa, pun aku sudah bahagia.

Buku ini memuat lebih dari 70 sajak Khansa yang semuanya menggoda. Perhatian kita seperti ditarik untuk membacanya dan mengerti apa pesan yang ingin dia sampaikan melalui sajak- sajak pendeknya.

Simak saja judul- judulnya, seperti Kemarin yang Usang, Memantaskan yang Pantas, Tuntaskan Temu, Sia-sia Petarung, Harap Sama Menua, Asa yang Tinggal, Hujan Merindu, Gundah Padamu, Karena yang Hadir Lebih Dahulu, Jangan Datang Lalu Hilang, Petualang Pulang, Ujung yang tak Berujung, Tidak Kunjung Lepas Raung, Aku Pinjam Sujudmu, dan Sepercik Rindu yang Tumpah Ruah.

Membaca puisi-puisi Khansa ini mengingatkan saya pada puisi-puisi Sapardi, "Hujan Bulan Juni" atau "Aku Ingin". Bersahaja, tapi dalam maknanya. Liris seperti prosa.

Selamat datang calon penyair perempuan hebat Indonesia dari Generasi 4.0. Ditunggu lhoantologi puisi berikutnya, ungkap penulis Among Kurnia Ebo mengomentari antologi ini.

Setidaknya, ada tiga kekuatan antologi puisi ini. Pertama, ketelatenan sang penyair memilih kata-kata yang tepat (diksi) untuk menggambarkan pesan, sehingga setiap kata berjiwa.

Kedua, kelembutannya menyusun kesamaan bunyi (rima) di ujung kalimat yang membuat sajak-sajak pendeknya terasa manis. Ketiga, kemampuan sang penyair menahan diri dalam meluapkan emosinya tentang cinta, rindu, harap, sepi, sesal, kecewa, marah, dan luka--seperti judul antologi ini, Usai Sebelum Dimulai.

Israkhansa masih belia. Musimnya masih sangat panjang. Dari tangannya akan terus lahir sajak-sajak yang manis, romantis, dalam, dan kian matang. Seperti pesan Sandiaga S Uno, pengusaha yang juga mantan wakil gubernur DKI Jakarta: "Khansa, semangat ya, teruslah berkarya dan menebar kebaikan.''

Judul: Usai Sebelum Dimulai

Penulis: Israkhansa

Penerbit: Buku Republika

Cetakan: I, Agustus 2019

Tebal: vi+163 hlm

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement