Rabu 25 Sep 2019 17:08 WIB

Soal Kebijakan Rektor Asing, Ini Kata Rektor UI Terpilih

Rektor asing dianggap bisa menjadi pemicu bagi rektor-rektor asli dalam negeri.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Teguh Firmansyah
Rektor UI terpilih Prof Ari Kuncoro
Foto: Dok Universitas Indonesia
Rektor UI terpilih Prof Ari Kuncoro

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Rektor Universitas Indonesia (UI) terpilih Prof Ari Kuncoro menanggapi kebijakan pemerintah mendatangkan rektor asing untuk menjadi rektor di perguruan tinggi Indonesia. Menurut dia, rektor asing merupakan pemicu untuk bekerja lebih baik.

"Saya rasa rektor asing itu bisa kita lihat sebagai pemicu bagi kita untuk bekerja lebih baik," ujar Ari usai ditetapkan menjadi Rektor UI terpilih di Makara Art Center UI, Depok, Rabu (25/9).

Baca Juga

Ia menuturkan, rektor asing menjadi dorongan untuk para rektor asli dalam negeri agar terus memperbaiki diri. Bagi dia, yang paling penting menyikapi kebijakan impor rektor asing adalah dengan penyusunan tata kelola di universitasnya mulai dari pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

"Dan rektor asing itu mungkin kalau kita lihat di sini dia harus banyak belajar, tapi bagus artinya apa, ini adalah salah satu pemicu, Anda kok enggak maju-maju, itu bagus, jadi merupakan apa dorongan bagi kita untuk terus memperbaiki diri," jelas dia.

Ari mengatakan, perguruan tinggi itu semestinya bisa menjadi jembatan hubungan dengan negara-negara lain dengan membentuk tim negosiasi di luar negeri.

Karena itu ia berjanji akan mendidik mahasiswa menjadi sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk menembus jalur pasokan internasional.

Dengan demikian, lulusan perguruan tinggi Indonesia tak hanya jago secara akademis, tapi juga mempunyai keahlian seperti negosiasi, koordinasi, dan kemampuan melakukan perbaikan.

Menurut Ari, pola baru dalam dunia pendidikan di mana yang dipentingkan itu bukan kepintaran individu tetapi kepintaran individu sebagai tim. Sebab, pada dasarnya dalam praktik di lapangan setiap individu harus mampu bekerja dalam tim.

"Di negara-negara misalnya negara-negara Korea, Jepang memang mereka bahasa Inggrisnya barangkali masih pakai penerjemah tapi dilihat secara tim bagus dan ini juga menjadi perhatian bagi kita," kata Ari.

Ia juga mencontohkan, Vietnam memanfaatkan diaspora untuk membangun jaringan yang bisa mendukung ekspor. Meski demikian, Vietnam pun tengah mengembangkan universitasnya untuk menjadi pilar daya saing secara nasional dan internasional.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement