Rabu 18 Sep 2019 20:42 WIB

Portable Air Filter Buatan UNS akan Dibagikan ke Korban Asap

Tim FK UNS juga akan mengajarkan relawan bikin Portable Air Filter rancangan mereka.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Darmawan Ismail, saat menjelaskan kepada wartawan mengenai alat untuk membantu sistem pernapasan bagi warga terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla), di Gedung FK UNS, Rabu (18/9). Alat tersebut diberi nama Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Darmawan Ismail, saat menjelaskan kepada wartawan mengenai alat untuk membantu sistem pernapasan bagi warga terdampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla), di Gedung FK UNS, Rabu (18/9). Alat tersebut diberi nama Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo akan mengirimkan alat bantu pernafasan yang dikembangkan dosennya ke warga terdampak kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau dan Palangkaraya. Alat bantu pernafasan bernama Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter itu berfungsi lebih dari sekadar masker.

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UNS, Reviono mengatakan FK UNS akan mengirimkan tim ke Riau dan Palangkaraya untuk membagikan SUNS kepada warga terdampak karhutla. Tim akan dipimpin oleh salah satu Dosen FK UNS dan juga dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi Solo, Darmawan Ismail.

Selama ini, warga di Riau dan Palangka Raya yang terkena paparan asap kebakaran hutan hanya menggunakan masker. Ternyata pemakaian masker tersebut belum maksimal membantu warga mengurangi paparan asap karhutla.

"Alat ini fungsinya lebih dari masker. Alat ini berfungsi untuk individu ketika keluar rumah bisa membawa alat ini," kata Reviono saat jumpa pers di Gedung FK UNS, Rabu (18/9).

Direncanakan, tim FK UNS akan berangkat ke Riau pada Kamis (19/9) dengan jumlah personel 19 orang. Sedangkan tim ke Palangkaraya berjumlah 10 orang yang akan berangkat pada Kamis atau Jumat (20/9).

Menurut dia, bahan baku untuk membuat SUNS tidak mahal. Selain itu, masyarakat bisa membuat sendiri. Tim FK UNS akan mengundang relawan atau kader dari wilayah pelosok yang terdampak karhutla untuk diajari membuat alat tersebut. Sehingga relawan atau kader tersebut bisa mengajari masyarakat di wilayah mereka.

Sementara itu, Darmawan Ismail menjelaskan alat bantu pernafasan SUNS Portable Air Filter mulai diciptakan pada 2015 dan sudah dilakukan ujicoba pada 2016. "Sudah kami ujicoba dan hasilnya lebih bagus dibandingkan dengan menggunakan masker biasa. Artinya udara yang dihirup ketika menggunakan alat ini lebih bersih," papar Darmawan.

Nantinya, saat berada di Riau dan Palangkaraya, tim dari UNS akan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran di perguruan tinggi setempat. Tim dari UNS hanya membawa beberapa alat SUNS Portable Air Filter. Tim UNS akan memberikan pelatihan kepada para mahasiswa FK dan masyarakat di Riau dan Palangkaraya. "Cara membuat cukup mudah serta bahan yang digunakan mudah didapat. Biaya pembuatan sangat murah, per unitnya hanya sekitar Rp 25 ribu," ujar Darmawan.

Darmawan merinci, bahan yang digunakan meliputi kain kristik, kain tipis, perekat lepas pasang, tali bis, tali elastis, filter akuarium, mika tebal, selang aquarium, bola plastik mainan, spons dan sarung tangan/hand scoon. Sedangkan alat yang digunakan di antaranya plaster, spidol, gunting, cutter, penggaris, lem tembak/lilin dan hecter.

Mekanisme kerjanya, udara masuk ke kotak humidifier melewati filter depan yang dilembabkan dengan air dan detergen sehingga berfungsi sebagai penyaring. Air dan detergen bekerja sebagai pengikat karbon atau penyaring sehingga udara yang masuk lebih bersih. Kemudian udara bersih di dalam kotak reservoir dihirup melalui selang dan melewati katup bagian bawah dari masker. Sedangkan udara yang dihembuskan dibuang melalui katup bagian atas dari masker dan keluar dari sistem one way valve sehingga tidak masuk ke dalam kotak reservoir.

Alat tersebut didesain seperti tas, ada yang bentuknya ransel tali di belakang maupun tali samping. Kotak reservoir dipasang selang yang menghubungkan sampai hidung. Bahkan, SUNS bisa dimodifikasi dua selang untuk ibu dan anak yang masih digendong.

"Alat ini praktis dibawa kemana-mana, bagi petugas pemadam kebakaran juga bisa karena ada yang bentuknya ransel belakang. Alat ini tidak 100 persen menghilangkan udara kotor tetapi udara yang dihirup lebih bersih dari masker biasa,” ungkap Darmawan.

Direktur Utama RSUD dr Moewaedi, Suharto Wijanarko, menyatakan Darmawan memang bekerja di instansi yang dia pimpin. Suharto mengaku alat tersebut sudah diuji coba pada 2016 yang juga terjadi kasus karhutla. Saat itu, SUNS diuji coba kepada teman-teman sendiri. Suharto membenarkan masker bedah tidak bisa maksimal jika digunakan di wilayah karhutla.

"Prinsipnya kami RSUD dr Moewardi dan FK UNS ikut berperan dalam permasalahan nasional ini. Kok setiap tahun ada dan tidak selesai-selesai. Yang penting bagi kita di medis bagaimana menanggulangi supaya sesak napas dan sebagainya tidak terjadi," ucap Suharto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement