Kamis 12 Sep 2019 13:18 WIB

Sirri Gus Sabri

Gus Sabri disimpulkan mempunyai ilmu kasyaf.

Sirri Gus Sabri
Foto:

Kang Parmin masih terbengong diliputi kebingungan. Sejenak berhenti dari aktifitas mencangkulnya. Mungkin Gus Sabri sedang bergurau, pikir Kang Parmin sambil melanjutkan kerjanya.

Kejadian itu masih menyisakan tanda tanya di benak Kang Parmin hingga pada keesokan harinya, di suatu pagi ia dijemput keluarganya dari desa untuk diajak pulang karena bapaknya baru saja meninggal dunia. Padahal menurut keterangan tetangganya bapaknya Kang Parmin terlihat sehat wal afiat bahkan paginya masih Shalat Shubuh berjamaah di langgar kampung. Sejak kejadian itu, Kang Parmin menyimpulkan ternyata Gus Sabri juga mempunyai ilmu kasyaf.

Perbincangan mengenai kelebihan yang dimiliki Gus Sabri tidak hanya terhenti di lingkup pesantren saja. Para warga, khususnya para alumni dan orang-orang tua yang pernah bersinggungan dengan Gus Sabri maupun pesantren juga sering membuka perbincangan. Bahkan mereka sering membumbuinya dengan cerita rekaan mereka sendiri.

Jalur keturunan keluarga Kiai Ridwan memang bukan dari orang sembarangan. Lek Jo mengawali cerita di warung kopi pojok kampung. Tidak heran jika dari keluarga ndalem akan muncul putra-putra beliau yang mempunyai daya linuwih. Lanjut Lek Jo sambil menyeruput kopi.

"Bukan orang sembarangan bagaimana lek?" Tanya Wak Jan, pemilik warung kopi.

Abahnya dulu itu salah satu Kiai penggembleng kanuragan laskar rakyat yang berperang melawan para penjajah. Nah, Pondok Pringkuning itu sebagai pusat latihannya. Lek Jo begitu gamblang menerangkan karena ia adalah alumni pesantren ketika masih di asuh oleh Kiai Ridwan dulu.

Dari sebuah fakta menyebutkan. Jika diruntut, nasab keturunan keluarga Kiai Ridwan, akan sampai pada keturunan ke sekian dari tokoh yang menjadi sentral pada zaman kerajaan Islam setelah Demak Bintara berkuasa. Hal ini yang membuat orang-orang sangat hormat dan segan kepada keluarga ndalem. Selain karena tersohor kealiman ilmunya juga karena masih memiliki trah darah biru.

Hari itu keluarga besar pondok pesantren Pringkuning punya gawe. Haul yang ke tujuh belas almaghfurlah Kiai Ridwan Sholeh, pendiri pesantren, akan dilaksanakan.

Sejak jauh-jauh hari semua telah dipersiapkan. Para abdi ndalem dan santri semua terlibat dalam kepanitiaan. Termasuk yang paling sibuk adalah Kang Parmin. 

Bisa dikatakan ia adalah abdi ndalem yang paling senior di antara yang lain. Kang Parmin mendapat mandat dari Kiai Mus sebagai ketua panitia. Meskipun tiap tahun acara haul ini diadakan, kabarnya kali ini acara haul akan dihelat lebih besar-besaran. Pasalnya ada donatur dari para pejabat penting di negeri ini yang akan membantu membiayai acara.

Biasanya, pada saat seperti ini. Putra putri dari Kiai Ridwan Sholeh akan hadir semua. Putra sulung Kiai Ridwan, yaitu Kiai Ahmad sudah datang tadi pagi. Beliau menjadi pengasuh di salah satu pesantren yang berada di pesisir daerah Jawa Tengah. 

Sedangkan Ibu Nyai Nuriyah bahkan sudah datang dari kemarin bersama suaminya, Kiai Basyuni yang mengasuh pesantren di daerah Madura. Putra ketiga Kyai Ridwan adalah Kiai Mustofa yang mewarisi pesantren Pringkuning peninggalan ayahandanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement