Siswa siswi bersama mentor dan volunteer Youth English Camp Padang.
Melatih Kepercayaan Diri Buat Speaking
Salah seorang peserta yang belajar di YEC, Yusriadi mengatakan, baru menjalani pekan kedua di camp ini. Adi panggilan akrab pemuda asal Pasaman Barat ini termotivasi bergabung dengan YEC supaya bisa bekerja di salah satu perusahaan kaliber internasional.
Adi mengaku, selama ini dia sebenanya punya basis ilmu bahasa Inggris yang ia dapat sejak dari SMP, SMA, sampai kuliah. Tapi, dia ingin gabung di camp supaya lebih banyak praktek.
“Saya di sini merasakan belajar bahasa Inggris tidak ada tekanan. Jadinya terasa lebih ringan,” ucap Adi.
Adi mengatakan, karena konsep camp, tinggal di villa yang sama dengan teman-teman seangkatan, dengan guru dan volunteer, ia merasakan terciptanya hubungan kekeluargaan satu sama lain. Jadinya, Adi merasa tidak perlu canggung lagi untuk mempraktekkan bahasa Inggrisnya.
Hal serupa juga dirasakan Febriwanto, peserta asal Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman. Motivasi Febri masuk ke YEC juga agar bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan internasional. Sebelumnya, Febri bekerja di salah satu perusahaan di Batam, Kepulauan Riau.
Febri memilih berhenti kerja sejenak begitu kontraknya habis. Ia ingin menambah kemampuan bahasa Inggris dengan bergabung ke YEC. “Saat interview kerja di perusahaan asing, kunci pembuka untuk kita mempromosikan diri adalah bahasa Inggris. Makanya saya ikut YEC dulu supaya bahasa Inggris saja lancar,” ujar Febri.
Febri juga merasakan kecanggungan di awal-awal masuk ke YEC. Ia masih merasa malu berbicara sehari-hari dengan bahasa Inggris. Tapi karena setiap hari bersama dan terbiasa, sekarang Febri sudah tidak canggung lagi. Ia tidak perlu lagi berpikir panjang buat mengatakan sesuatu.
Penanggung jawab YEC Agustiawan juga sependapat bahwa cara ampuh memperlancar bahasa Inggris bukan dengan mempelajari. Tapi membiasakan diri untuk mempraktekkan. Di YEC, kata Agus, memang tidak ada hukuman bila ada murid yang tidak mempraktekkan Bahasa Inggris di luar kelas atau saat fun game atau sesi jalan-jalan. Karena YEC ingin menghilangkan faktor tekanan atau beban. “Tidak bagus kalau belajar dengan tekanan,” ujarnya.
Volunteer asal San Francisco California, Amerika Serikat, Kyle Zander mengatakan, 10 murid yang sekarang ia temui di YEC punya potensi untuk mengembangkan kemampuan dan kelancaran berbahasa Inggris. Kyle merasa, bahasa adalah kebutuhan sehari-hari. Bila dicoba setiap hari, dengan sendirinya suatu bahasa akan melekat pada diri seseorang.
Kyle yang baru beberapa hari mengajar di YEC sudah melihat perkembangan yang sangat bagus dari peserta. Kyle sebelumnya belum pernah punya pengalaman mengajar. Kyle hanya mengandalkan bekal kebiasaan persentasi saat masih belajar di kampusnya, University of Houston.
Selama berada di YEC, Kyle merasa bukan mengajar. Ia lebih banyak melakukan diskusi mengenai suatu hal. Salah satu adalah dengan melakukan fun game. Jadi ia menjadi bagian dari diskusi atau fun game tersebut.
Kyle hanya meluruskan kata atau kalimat yang diucapkan para murid, karena dia sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia. Penyuka bakso dan pisang bakar itu memposisikan dirinya sebagai pemicu agar para peserta YEC mengeluarkan kemampuan berbicara bahasa Inggris dalam keseharian.
“Saya suka menolong orang. Dan di sini, saya merasakan itu. Saya bisa membantu mereka untuk memperlancar English. Dan semua mereka sudah bagus. Mereka punya progres setiap hari,” ujar Kyle.
Kyle berjanji sepulang dari Indonesia, ia akan menceritakan mengenai pengalaman di YEC, Padang, Sumbar dan Indonesia kepada teman-temannya di San Francisco. Supaya lebih banyak lagi warga Amerika Serikat yang berlibur ke Sumbar dan berbagi ilmu dengan teman-teman di YEC.