Rabu 11 Sep 2019 16:39 WIB

Semangat Nenek Bercucu Lima Raih Gelar Sarjana

Perempuan berusia 70 tahun ini menjadi wisudawan tertua di Unusa.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Ratna Puspita
Maria Lidwina Endang Suwarni (70) wisudawan tertua Unusa
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Maria Lidwina Endang Suwarni (70) wisudawan tertua Unusa

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Usia yang menginjak 70 tahun tidak menjadi halangan bagi Maria Lidwina Endang Suwarni untuk menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar sarjana. Janda beranak tiga dan bercucu lima itu menjadi wisudawan tertua di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Bahkan, cucu pertamanya pun segera menyandang gelar sarjana pada November 2019.

Tim Penggerak PKK Kelurahan Manukan tersebut mengakui, banyak kendala yang dihadapi untuk menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar sarjana Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tersebut. Terlebih, Maria mengaku dirinya tidak mahir berkendara sehingga dia harus diantar anak pertamanya setiap pagi.

Baca Juga

"Jika anak saya berhalangan maka tidak ada cara lain selain naik-turun angkot minimal dua kali untuk menuju kampus. Begitu pun saat pulang kuliah," ujar Maria seusai menjalani prosesi wisuda di Gedung Dyandra Surabaya, Rabu (11/9).

Perempuan yang mengajar di PAUD PPT Dewi Sartika, Manukan, Surabaya sejak 2005 tersebut mengaku, mengeluarkan biaya kuliah sebesar Rp 1,5 juta per semester. Untuk pembiayaan kuliah tersebut, Maria dibantu sesama pengajar di PAUD tempat dia mengabdi.

Dia juga mendapat bantuan pembiayaan dari kampus. "Penghasilan dari internal kelas saya dapat Rp 50 ribu per bulan. Kemudian dari Diknas baru-baru ini dapat Rp 400 ribu per bulan. Itu pun tidak bisa penuh karena di sekolah saya ada delapan bunda, yang mendpat cuman 4 bunda, jadi dibagi-bagi," ujar warga asli Surabaya tersebut.

Maria pun bersyukur ada pihak-pihak yang dengan sukarela mau membantunya dalam hal pembiayaan, sehingga bisa meraih gelar sarjana. Dia merasa, dia tidak akan mampu membiayai pendidikannya sendiri, tanpa ada uluran tangan dari orang lain. Apalagi, penghasilannya pun tidak seberapa.

Maria kemudian mengungkapkan kendala lainnya yang ditemui selama menempuh pendidikan tersebut. Terutama terkait ingatannya yang mulai melemah. Maria mengaku tidak mudah menangkap pelajaran yang dipaparkan dosennya. Bahkan saat akan ujian, dia harus membacanya berulang kali.

"Tidak bisa saya tangkap karena saya untuk mengulang pelajaran itu tidak sekali menerima. Tapi harus berulang kali membaca. Begitu juga saat ada UTS atau UAS, saya harus benar-benar mempersiapkan diri. Karena untuk mengingat sudah tidak seperti dulu," ujar peraih IPK 3,57 tersebut.

Kendati demikian, Maria terus menyemangati dirinya untuk bisa lulus tepat waktu. Maria yang memulai kuliahnya pada 2015 bisa menyelesaikan pendidikan S1 tepat waktu, yakni empat tahun.

Setelah lulus, Maria menegaskan dirinya akan tetap mengabdi untuk mendidik anak-anak PAUD. “Saya bersama teman-teman di PAUD lebih menekankan pada kegiatan sosial, membantu sesama. Saya tetap berkomitmen untuk memajukan dan tetap setia di Paud sebagai ladang amalan di dunia,” ujar Maria

Maria juga berpesan kepada generasi muda untuk bisa memanfaatkan waktu dalam menempuh pendidikan. Terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga mampu. Maria berpesan agar terus semangat menuntut ilmu, untuk bekal di hari tua, dan mengabdi bagi bangsa dan negara.

"Mudah-mudahan untuk anak-anak saya, cucu-cucu saya, jangan patah semangat. Menyesal kalau ada dana, sarana ada, tapi anak-anak putus sekolah di tengah jalan," ujar Maria.

Maria yang merupakan non-Muslim, mengaku tidak kesulitan meski harus menempuh pendidikan di kampus yang mayoritas mahasiswanya beragama Islam. Maria menyatakan, dirinya sudah terbiasa hidup di lingkungan dengan masyarakat yang multi agama.

Artinya, dia tidak menemukan kesulitan beradaptasi. "Bagi saya tidak masalah. Saya terbiasa berada dalam lingkungan yang berbeda-beda. Saya harus dapat menyesuaikan penampilan kebanyakan warga kampus,” kata Maria.

Rektor Unusa Achmad Jazidie meyakini, semangat Maria akan menginspirasi semua mahasiswanya. Ahmad mengingatkan Maria untuk terus berjuang dan mengabdi dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Ahmad meyakini, pengabdian yang diberikan Maria akan mendapat balasan yang terbaik. "Semangat ibu pasti menginspirasi semua yang hadir. Selamat berjuang di dunia yang baru yang akan dimasuki. Semoga Insya Allah menjadi insan-insan terbaik yang bermanfaat kepada manusia," ujar Ahmad.

Ahmad mengungkapkan wisudawan yang jumlahnya mencapai 827 untuk senantiasa menjadi tauladan bagi masyarakat dan lingkungan. Dia pun mengingatkan para wisudawan untuk selalu mampu berpegang teguh pada kejujuran, dan kebenaran.

"Serta senantiasa taat pada nilai dan norma agama. Kita harus berani menjunjung tinggi integritas diri, komitmen, disiplin, yang selalu kita gaungkan dan pelajari selama  menempuh pendidikan tinggi di Unusa," kata Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement