Selasa 03 Sep 2019 12:17 WIB

Dosen UGM Buat Mesin Batik Tulis

Butimo, mesin batik tulis bisa mempersingkat pembuatan batik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
 Butimo, mesin cetak batik tulis yang dikembangkan salah seorang  dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Foto: ugm
Butimo, mesin cetak batik tulis yang dikembangkan salah seorang dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan mesin batik tulis. Mesin yang dinamakan Butimo itu bisa menghasilkan kain batik dalam waktu yang lebih singkat.

Butimo merupakan inovasi yang dibuat Andi Sudiarso, dosen Departemen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM. Mesin mampu menghemat waktu proses pembatikan.

Baca Juga

Biasanya, proses pembatikan manual membutuhkan waktu enam jam. Tapi, menggunakan Butimo proses itu bisa dipersingkat setengahnya menjadi sekitar tiga jam saja.

"Dengan alat ini bisa dihasilkan 8-10 lembar kain batik tulis," kata Andi yang tampil dalam Ritech Expo 2019 di Bali beberapa waktu lalu.

Selain itu, keunggulan lain alat ciptaannya, Butimo mampu menghemat penggunaan lilin untuk pembatikan. Sebab, jika pembatikan manual membutuhkan 88 gram, mesin ini hanya memerlukan 57 gram lilin saja.

Untuk ketembusan lilin disebut lebih terjaga sampai 0,21 mm, lebih tinggi dibanding manual sekitar 0,11 mm. Jadi, keunggulan alat ini tidak cuma menghemat waktu.

"Tapi, tetap mempertahankan ketembusan dan nilai seni batiknya," ujar Andi.

Mesin batik tulis Butimo memiliki tiga sumbu dengan panjang 3-4 meter dengan lebar hingga 1,5 meter. Dilengkapi mekanisme pergantian canting secara otomatis sesuai kebutuhan proses yang berjalan.

Untuk canting yang digunakan memiliki beberapa ragam ukuran dengan variasi ukuran dan jumlah nozzel sesuai kebutuhan. Ada canting single nozzle, dual nozzel dan multi nozzl dengan berbagai diameter.

Andi menjelaskan, canting mesin dihubungkan dengan mesin batik tulis yang dihubungkan dengan mesin batik tulis yang dikendalikan CNC. Mesin batik ini mampu melakukan banyak proses.

"Nglowongi, nemboki, nyeceki, nitiki, nglatari dan mbironi kepada selembar kain batik berukuran standar 1,15 meter x 2,5 meter atau lebih besar sesuai ukuran meja mesin," kata Andi.

Selama proses pembatikan, kain diletakkan dalam satu bingkai untuk menjaga posisi dan kualitas hasil pembatikan. Jadi generasi pertama, Andi mengaku mesin akan dikembangkan dalam generasi selanjutnya.

"Dengan mengintegrasikan pewarnaan dan generasi tiga diintegrasikan dengan proses pelorotan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement