Indonesia, Negeri dengan beragam problem yang tak kunjung terselesaikan, terus menumpuk, menjamur hingga menjadi PR besar yang kian bertambah, entah mungkin tak akan pernah rampung.
Katakanlah Gejolak Papua yang kian membara, ini adalah masalah yang sejak dulu menggrogoti Indonesia, terus menelan korban dan mereka semakin berani menggaungkan sparatisme. Jelas ini adalah konflik pelik dan akan berakibat fatal karena sejarah sudah cukup memberikan pukulan berat bagi indonesia dengan trauma masa lalu atas lepasnya Timor timur. Dan tentu saja hal ini jangan sampai terulang kembali.
Namun tampaknya usaha pemerintah untuk memberantas tak berbekas sama sekali. Mulai dari usaha Pemerintah datang langsung ke papua, memanfaatkan media massa dengan menayangkan opini untuk perdamaian dengan Papua, semua itu seolah olah sama sekali tak menggoyahkan tekad OPM.
Belum selesai pekerjaan ini dan dalam keadaan segenting ini, pemerintah justru memulai pekerjaan baru, dengan proyek besar pemindahan Ibukota. Rasanya rencana ini justru akan menambah problem baru karena faktanya sangat banyak pekerjaan yang masih terbengkalai.
Mulai dari bekas kawasan bencana yang belum sepenuhnya pulih, import besar-besaran yang merugikan rakyat, naik iuran BPJS dua kali lipat yang semakin mencekik rakyat, naiknya tarif listrik, krisis lowongan pekerjaan, pengangguran, kemiskinan, hutang semakin menggunung dan seabrek lain nya.
Sebaiknya problem-problem mendasar dan urgent ini yang harus terlebih dahulu di prioritaskan. Jangan mengambil pekerjaan yang lain padahal yang ada di depan mata belum selesai karena justru akan menambah kekacauan.
Lantas untuk siapa pemindahan ibu kota itu sebenar nya di persembahkan ? karena pada fakta nya rakyat tak butuh itu. Yang saat ini rakyat butuhkan adalah kesejahteraan, terbebas dari berbagai kesulitan-kesulitan hidup. Konflik Papua menunjukan salah satu wujud muaknya rakyat yang tak kunjung mencapai kesejahteraan padahal di bawah kakinya berpijak adalah emas. Miris!
Yang rakyat butuhkan bukan pindah ibu kota namun pindah dari kemiskinan dan ketertindasan menuju kesejahteraan dan keadilan.
Pengirim: Dian Ambarwati, Wonogiri