Senin 09 Sep 2019 13:57 WIB

Pengamat: Jumlah Mobil Konvensional Akan Menyusut

Keberadaan mobil konvensional diprediksi menyusut seiring keberadaan mobil listrik.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Mobil listrik Nissan Leaf.
Foto: Republika/Farah Noersativa
Mobil listrik Nissan Leaf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan mobil listrik di Indonesia sangat dinantikan sebagai bentuk perkembangan industri otomotif. Meskipun demikian, penerapannya kemungkinan masih akan mencapai lima tahun hingga 10 tahun ke depan.

Seiring dengan pergantian dari mobil konvensional berbahan bakar minyak, nasib mobil konvensional pun diramal akan mulai menyusut. “Mobil-mobil bermesin motor masih ada, akan tetapi jumlahnya akan menyusut dengan sendirinya,” jelas Pengamat otomotif, Bebin Djuanda, kepada Republika, Senin (9/9).

Baca Juga

Menyusutnya jumlah mobil-mobil konvensional itu, kata dia, akan bergantung kepada pemeliharaan mobil itu sendiri. Menurutnya, mobil yang terlantar atau tak terawat, akan cepat menjadi besi tua yang kemudian berujung menjadi rongsokan.

Akan tetapi, perubahan dan pergantian itu tak akan berlangsung sangat cepat. Pergantian konsumsi dari mobil berbahan bakar minyak menuju ke mobil listrik akan berlangsung dengan cara bertahap.

Bebin mengatakan, konsumen yang saat ini telah membeli mobil konvensional berbahan bakar minyak secara kredit selama lima tahun, tak berarti nantinya harga mobil akan jatuh. “Karena hukum pasar berlaku, demand, dan supply. Dalam kurun lima tahun tidak semua konsumen beralih ke kendaraan listrik,” tutur dia.

Dia mencontohkan dia sendiri, yang saat ini tengah menunggu peraturan perpajakan yang membuat harga mobil hybrid menjadi terjangkau. Sembari itu, dia juga masih menunggu perkembangan teknologi agar harga produk tidak semahal sekarang, akibat mahalnya baterai.

“Pasti bertahap, sekarang saja mobil hybrid belum populer karena harganya belum menarik. Walaupun jelas-jelas kendaraannya mampu menghemat bbm hingga separuh,” ungkap Bebin.

Meskipun demikian, untuk jangka pendek, pemakaian kendaraan listrik untuk semua kendaraan angkutan publik, dinilai adalah langkah terbaik. Sebab, pemakaian kendaraan listrik akan menurunkan tingkat polusi, terutama di Jakarta.

“Sambil belajar kendala apa saja yang akan dihadapi negara tropis seperti Indonesia, juga menyiapkan charging station,” jelas Bebin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement