Sabtu 07 Sep 2019 08:53 WIB

Mendikbud Imbau Masyarakat Bantu Kuatkan Budaya Literasi

Mendikbud mengimbau daerah ikut peringati Hari Aksara Internasional.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Andri Saubani
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengimbau pemerintah daerah (pemda) menggelar peringatan Hari Aksara Internasional di daerah masing-masing. Muhadjir pun mengingatkan semua lapisan masyarakat untuk mengambil peran dalam meningkatkan budaya literasi.

"Saya mengimbau kepada seluruh  pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah kota di seluruh Indonesia untuk menyelenggarakan peringatan Hari Aksara Internasional di daerah masing-masing," ujar Muhadjir dalam sambutan Peringatan Hari Aksara Internasional tingkat Nasional di Lapangan Karebosi, Makassar, Sabtu (7/9).

Muhadjir melanjutkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menggariskan bahwa prioritas pembangunan Indonesia pada lima tahun ke depan adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM). "Sehingga saya juga mengimbau kepada seluruh keluarga, sekolah dan masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan dan menguatkan budaya literasi," tegasnya. 

Para orang tua pun, kata Muhadjir, perlu mengenalkan buku sejak dini. Caranya, orang tua bisa menyediakan waktu untuk membacakan buku atau cerita kepada anak-anaknya.

"Terakhir, sekolah harus berperan aktif mengadakan berbagai kegiatan literasi bersama siswa. Masyarakat dapat mengambil peran dengan ikut menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembanganya budaya literasi," tambahnya. 

Sebelumnya, Muhadjir mengatakan angka buta aksara di enam provinsi masih tergolong tinggi. Persentase buta aksara di enam provinsi ini masih di atas empat persen.

Menurut Muhadjir, pada 2004 lalu Indonesia  berhasil mengurangi separuh jumlah penduduk buta aksara dari 10,20 persen (15,4 juta orang), menjadi 5,02 persen (7,54 juta orang) pada tahun 2010. Kemudian, pada tahun ini Indonesia bahkan telah berhasil menekan angka buta aksara lebih rendah lagi hingga 1,93 persen (atau 3,2 juta orang). Angka ini menurun dari sebesar 2,07 (atau 3,4 juta orang) pada tahun sebelumnya.

"Meskipun jumlah buta aksara di negara kita sudah menurun, bukan berarti Gerakan Nasional 'Pemberantasan Buta Huruf' atau pemberantasan buta akasara ini sudah selesai. Tugas kita bersama untuk menuntaskan buta aksara dan membebaskan bangsa ini dari kebutaaksaraan harus terus kita lakukan," ujar Muhadjir.

Dia melanjutkan, pemberantasan buta aksara pada segmen populasi ini akan sangat sulit, tetapi profilnya sudah semakin jelas. Profil yang dimaksud yaitu mayoritas masyarakat buta aksara berada di Indonesia bagian timur, yang tinggal di pedesaan dan di kantong-kantong kemiskinan. Mereka, kata Muhadjir, umumnya perempuan dan berusia di atas 45 tahun.

"Menurut data BPS pada Susenas 2018, terdapat enam provinsi di Indonesia dengan angka buta aksara lebih dari 4 persen. Keenamnya yaitu Provinsi Papua (22,88 persen), Nusa Tenggara Barat (7,51 persen), Nusa Tenggara Timur (5,24 persen), Sulawesi Barat (4,64 persen), Sulawesi Selatan (4,63 persen), dan Kalimantan Barat (4,21 persen). Jika ke enam propinsi ini dapat memberantas buta aksara di daerahnya masing-masing, maka angka buta aksara Indonesia akan menurun secara signifikan," tegas Muhadjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement