REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengapresiasi dan mensyukuri turunnya tingkat buta aksara di Indonesia, di tengah banyak kendala yang dihadapi dalam upaya pemberantasannya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat buta aksara di Indonesia turun 1,93 persen.
"Alhamdulillah, data dari BPS angka buta aksara kita turun sampai 1,93 persen dari 2,07 persen pada tahun lalu," kata Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan Kemdikbud Abdul Kahar, Jumat (6/9).
Abdul mengatakan, walaupun angka tersebut terlihat kecil, Kemdikbud menganggap angka tersebut menunjukkan peningkatan yang luar biasa dalam upaya memberantas buta aksara di Indonesia. Ia mengatakan, upaya penurunan angka buta aksara cukup sulit dilakukan mengingat profil masyarakat yang buta aksara berada di daerah terpencil, yang secara geografis sulit dijangkau karena terpencar dan terpencil.
Selain itu, rata-rata dari mereka sudah berusia di atas 45 tahun. Banyak kendala yang dihadapi saat mencoba mengajak mereka untuk membaca.
"Banyak di antara mereka terkendala daya ingat dan penglihatan," katanya.
Sementara itu, dua pertiga dari mereka yang masih buta huruf adalah perempuan yang tertinggal secara ekonomi. "Jadi kami tetap bangga dengan penurunan angka itu, 1,93 itu luar biasa. Karena secara kumulatif angka itu sama dengan 3,2 juta penduduk Indonesia," katanya.