Senin 02 Sep 2019 19:03 WIB

Lulusan PT Dituntut Kompetitif dan Berjiwa Entrepreneur

Mahasiswa perlu memilliki sertifikat untuk meningkatkan employability.

Rep: my28/ Red: Fernan Rahadi
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kasiyarno, mengalungkan kartu identitas pada seorang mahasiswa baru UAD dalam kegiatan Program Pengenalan Kampus (P2K) yang mengangkat tema Insan Berprestasi “Bersama UAD Kita Bangun Insaf yang Kreatif dan Inovatif Berbasis Nilai-Nilai Islam Menuju Indonesia Kuat” di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Senin (2/9).
Foto: my28
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kasiyarno, mengalungkan kartu identitas pada seorang mahasiswa baru UAD dalam kegiatan Program Pengenalan Kampus (P2K) yang mengangkat tema Insan Berprestasi “Bersama UAD Kita Bangun Insaf yang Kreatif dan Inovatif Berbasis Nilai-Nilai Islam Menuju Indonesia Kuat” di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Senin (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Upaya membangun negeri disebut dimulai dari perguruan tinggi (PT). Oleh karena itu, penting bagi PT untuk menyiapkan lulusan yang berkualitas, kompetitif, berkarakter, dan memiliki jiwa entrepreneur

Direktur Pembelajaran Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Paristiyanti Nurwadani memaparkan permasalahan yang dihadapi mahasiswa khususnya generasi milenial saat ini meliputi rendahnya kesadaran cinta tanah air, radikalisme, hoaks, intoleransi, narkoba, dan meningkatnya pengangguran lulusan sarjana yang meningkat 25 persen sebagaimana dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2019.

Padahal tantangan ke depan, mahasiswa Indonesia akan menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 di mana peran manusia digantikan oleh mesin, robot, ataupun kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Sejalan dengan hal tersebut, menurut sumber data Gartner pada 2017 terdapat 1,8 juta pekerjaan telah digantikan oleh robot, mesin, dan AI.

Merujuk pada perusahaan besar Google, Apple, dan IBM, mereka tidak lagi membutuhkan pelamar dengan gelar sarjana. “Mereka hanya membutuhkan orang yang memiliki pengalaman mengikuti pelatihan coding atau kelas kejuruan yang terkait langsung dengan industri," tutur Nurwadani dalam kegiatan Program Pengenalan Kampus (P2K) yang mengangkat tema Insan Berprestasi “Bersama UAD Kita Bangun Insaf yang Kreatif dan Inovatif Berbasis Nilai-Nilai Islam Menuju Indonesia Kuat” di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Senin (2/9). 

Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki sertifikat untuk meningkatkan employability dengan bersikap inovatif dan kreatif. Saat ini, Kemenristekdikti tengah melakukan kebijakan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang bertujuan untuk mendorong unit kewirausahaan di PT agar dapat mendukung pengembangan program-program kewirausahaan khususnya bagi mahasiswa. 

Dengan beberapa tahapan yakni mendorong mahasiswa berpengetahuan, dapat melatih mengembangkan kemampuannya di kampus, serta merintis mitra sehingga menjadi wirausaha yang sukses. Layaknya inovator start up sukses masuk dalam jajaran Unicorn dengan valuasi di atas 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 13 triliun. "Sebut saja Ahmad Zaky yang pernah menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (memiliki Bukalapak--Red) dengan valuasi nilai start up sebesar 13 triliun," ujar Nurwadani. 

Sejalan dengan hal tersebut, Rektor Universitas Ahmad Dahlan, Kasiyarno, menyatakan bahwa ilmu perlu berdampingan dengan agama. Menurut dia, nilai keagamaan harus menjadi pegangan dalam kehidupan. "Jika generasi saat ini hanya menuntut ilmu pengetahuan tanpa agama, bisa jadi kehidupan yang dijalani tidak terarah. Sehingga, kemungkinan bisa terjadi chaos dan ada banyak hal negatif," katanya.

Namun, jika dilandasi dengan nilai agama, ilmu akan terarah dan membawa keberhasilan dunia serta akhirat. Mahasiswa perlu membekali dirinya dengan ilmu dan agama. Sebab ilmu tanpa agama tentu berdampak tidak baik. “Seperti halnya ada pepatah, ilmu tanpa agama akan buta, agama tanpa ilmu akan lumpuh," kata Kasiyarno. 

Berlangsung di Ruang Amphitarium, kegiatan tersebut diikuti oleh sebanyak 6.750 mahasiswa baru UAD. Sebanyak 71 di antaranya tercatat sebagai mahasiswa yang berasal dari luar negeri yakni Malaysia, Cina, Bangladesh, Cina, Laos, Madagaskar, Belgia, Vietnam, dan Thailand.

Salah satu mahasiswa baru UAD asal Hungaria, Dora Kiss, menyatakan dirinya sangat antusias menjadi bagian dari mahasiswa Indonesia. Menurut dia, Indonesia memiliki berbagai keanekaragaman budaya dan sistem pemerintahan, serta pendidikan yang berbeda dengan negara asalnya. “Saya sangat bersyukur dapat diterima di sini menjadi bagian dari mahasiswa Indonesia," kata dia kepada Republika.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement