Sabtu 31 Aug 2019 01:00 WIB

Adaro Gandeng ITB Kembangkan Smart Water Meter

Dengan Smart Water Meter, penghitungan aliran air dilakukan secara digital.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
Air bersih (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Air bersih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Perusahaan yang bergerak di bidang instalasi pengolahan air bersih, PT. Adaro Tirta Mandiri menjalin kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kerjasama ini dijalin untuk pengembangan alat pencatatan distribusi air secara digital atau disebut Smart Water Meter.

Direktur Utama PT Adaro Tirta Mandiri Wito mengungkapkan kerjasama ini bermula dari pencatatan dan pemantauan distribusi air ke pelanggan air bersih yang masih bersifat manual. Ini berpotensi merugikan karena rawan terjadi kebocoran air akibat rusaknya alat yang masih manual.

Baca Juga

Petugas yang mencatat pun masih harus turun ke masing-masing rumah yang juga beepotensi kesalahan pencatatan. Wito mengatakan ITB memiliki peneliti-peneliti yang andal menjawab kebutuhan teknologi di bidang industri. Karenanya pihaknya menggandeng ITB untuk bisa mengembangkan pencatatan distribusi air melalui teknologi digital.

“Di Indonesia water meter rata-rata semuanya analog. Jadi pembacaannya ada petugas PDAM yang keliling. Nah ini rentan dalam terjadinya kesalahan pembacaan atau kadang water meter nggak berfungsi, jadi banyak kebocoran yang terjadi,” kata di Gedung CCAR ITB, Kota Bandung, Jumat (30/8).

Ia menuturkan kebocoran distribusi air ini dapat merugikan PDAM selaku perusahaan penyalur air bersih yang bekerjasama dengan Adaro. Tak hanya kerugian akibat distribusi yang tidak tercatat, tapi juga mengeluarkan biaya lebih untuk operasional petugas lapangan.

photo
Didampingi Direktur PT Adaro Tirta Mandiri (Adaro Water) Ahmad Rosyid (kiri), Dirut Adaro Water Wito Krisnahadi (tengah) dan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi & Kemitraan ITB Bambang Riyanto Trilaksono, saling berjabat tangan usai menandatangani kerjasama pengembangan Smart Water Meter, di Insitut Teknologi Bandung (ITB), Kota Bandung, Jumat (30/8).

Dengan Smart Water Meter, kata dia, maka penghitungan aliran air hingga pemeliharaan dapat dipantau secara digital. Petugas tidak perlu lagi ke lapangan karena bisa dilihat melalui teknologi dengan sistem digital.

Selain itu, ia mengatakan melalui teknologi digital ini dapat mengidentifikasi dan mempelajari penggunaan waktu puncak (peak-hour) dan di luar waktu puncak (non peak-hour), verifikasi proses penghematan konsumsi air, serta memungkinkan PDAM untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna meningkatkan efisiensi operasional sistem distribusi, pemeliharaan, perencanaan investasi dan peningkatan layanan pelanggan. Ia menjelaskan kerjasama ini akan dilakukan dalam 3 tahap.

Tahap Pertama, yaitu penelitian dan pembuatan prototype yang dilakukan selama 3 bulan. Tahap Kedua, uji coba alat di lapangan, dan kemudian tahap ketiga, produksi Smart Water Meter dengan skala pabrik.

“In line dengan bidang usaha Adaro Water, selain membangun infrastruktur air bersih, Adaro Water juga akan memproduksi alat-alat untuk meningkatkan efisiensi dalam water management. Jika uji coba alat ini berhasil, kami berencana membuat Smart Water Meter ini dengan skala pabrik,” tuturnya.

Wito mengatakan bahwa kemitraan dengan ITB dalam pengembangan Smart Water Meter, karena ITB telah memiliki pengalaman dalam mengembangkan unit meter berbasis Internet of Things sejak 2010, bersama institusi dalam negeri maupun luar negeri, serta memiliki pengalaman dalam pembuatan “smart meter” listrik sebagai referensi untuk meter air.

 Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan ITB Bambang Riyanto Trilaksono menjelaskan bahwa ITB saat ini memiliki 12 fakultas/sekolah yang terbagi ke dalam empat bidang klaster keilmuan. Sejalan dengan arah ITB menuju entrepreneurial university, ITB dikatakannya telah dan akan terus menjalin kerjasama dengan pemerintah dan juga kalangan industri dalam rangka mengaplikasikan hasil riset dari para peneliti di ITB.

“Kita memang perlu lebih aktif untuk menjalin kemitraan dengan semua pihak terutama dengan industri sehingga kepakaran dan keahlian yang ada di dosen-dosen bersama mahasiswa itu tidak berhenti hanya di publikasi. Kita juga ingin agar hasil riset itu juga bermanfaat nagi masyarakat dan industri,” tutur Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement