Kamis 29 Aug 2019 17:08 WIB

Perbaiki Ekosistem, Bersekolah tak Lagi Membosankan

Inisiatif ini diharapkan dapat menghapus labelisasi sekolah yang kurang menyenangkan

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Hiru Muhammad
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) telah disosialisasikan sejak beberapa tahun silam di sejumlah wilayah di Indonesia. Gerakan ini mendorong perubahan ekosistem pengajaran di sekolah agar lebih menyenangkan bagi siswa dalam menuntut ilmu.
Foto: dok. Istimewa
Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) telah disosialisasikan sejak beberapa tahun silam di sejumlah wilayah di Indonesia. Gerakan ini mendorong perubahan ekosistem pengajaran di sekolah agar lebih menyenangkan bagi siswa dalam menuntut ilmu.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Sekolah yang baik bukan hanya sebagai sarana transformasi ilmu akademik dari guru kepada murid. Namun, sekolah juga harus mampu menghasilkan siswa berkualitas baik secara akademik dan berkarakter positif. 

Karena itu dibutuhkan ekosistem di sekolah yang mampu memenuhi kebutuhan siswa agar mereka merasa nyaman dan menyenangkan dalam menimba berbagai ilmu.  Pasangan aktivis pendidikan Muhammad Nur Rizal dan T Novi Poespita Candra memperkenalkan inisiatif Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).

Sejak tahun 2017, GSM di BSD City bergerak membangun ekosistem belajar mengajar yang hangat, partisipatif, dan eksploratif menjangkau 200 sekolah di Kabupaten Tangerang, maupun Kota Tangerang Selatan, melibatkan tak kurang dari 1.000 tenaga pendidik.

Gerakan tersebut berupa upaya membangun ruang bagi setiap potensi peserta didik yang berbeda dan unik guna bertumbuh sesuai aspek ketrampilan dasar yang dibutuhkan manusia di era digital.

Yakni keterbukaan melalui pemikiran yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif dalam mencari solusi, serta moral dan etos kerja yang baik. "Kami bikin gerakan, ingin perkecil gap sekolah kota dan desa, yang kita bangun goyong royong," kata Rizal.

Pihaknya ingin membangun ekosistem pengajaran yang berbeda dari yang ada selama ini. Masalah utama yang dihadapi adalah cara pandang guru dalam menyampaikan materi pengajaran yang hanya monoton berupa transfer rencana pembelajaran.

Sehingga minat, bakat dan rasa ingin tahun siswa tidak berkembang dengan baik. Penghargaan yang diberikan hanya bersifat akademik, padalah setiap siswa memiliki potensi yang berbeda.  "Kita sifatnya personalisasi pendidikan tidak fokus ke kurikulum, tapi bangun pendidikan karakter, potensi, minat dan bakat siswa," kata Rizal. 

Selain itu di era industri 4.0 saat ini dibutuhkan manusia yang tidak hanya trampil di akademis saja, melainkan juga kemampuan lain. Seperti sikap tanggung jawab, rasa percaya diri, mampu menganalisa masalah, rasa kebersamaan yang harus terus dikembangkan. Harus ada interaksi positif antara siswa dan guru seperti halnya orang tua di rumah. "Kalau lingkungan batin tercipta, mereka akan bentah di sekolah," katanya,

Managing Director Sinar Mas, Saleh Husin selepas membuka Workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan di BSD City. GSM berupaya membangun ruang bagi setiap potensi peserta didik yang berbeda dan unik guna bertumbuh sesuai aspek ketrampilan dasar yang dibutuhkan manusia di era digital, yakni keterbukaan melalui pemikiran yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif dalam mencari solusi, berikut moral dan etos kerja yang baik.

"Kami berharap inisiatif ini dapat menghapus labelisasi bersekolah adalah aktivitas yang membebani, tak membahagiakan, hanya dipenuhi hapalan yang membosankan para peserta didik dan meniadakan anggapan di kalangan pendidik jika mengajar anak-anak saat ini, semakin sukar,” kata Husin.

Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Tangerang, Saifullah menyatakan telah mengadopsi gagasan GSM tersebut sejak tahun lalu karena dinilai memberikan dampak positif. Kerjasama yang melibatkan Sinar Mas tersebut telah dilakukan di 200 sekolah. Target 2020 akan mencapai 100 sekolah. 

Hal serupa juga disampaikan Badru Hasun, Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Tangerang. Saat ini sejumlah kepala sekolah madrasah telah mengikuti workshop yang dilakukan GSM. Selain sekolah umum Sinar Mas diminta juga melibatkan madrasah yang ada di Kabupaten Tangerang.

Saat ini di kabupaten Tangerang ada 1300 sekolah madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah hingg alliyah. Namun, yang mengikuti pelatihan baru 36 lembaga. "Beberapa madrasah yang menerapkan GSM telah memberikan hasil positif, banyak siswa yang menyukainya," kata Badru. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement