Kamis 29 Aug 2019 12:22 WIB

Bersama BNPT, Universitas Pancasila Waspadai Radikalisme

Mahasiswa baru harus membentengi diri dari paham radikal.

Rep: Antara/ Red: EH Ismail
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan radikalisme tidak boleh dibiarkan tumbuh di lingkungan kampus. Bila ditemukan hal-hal yang terkait paham radikal di lingkungan kampus hendaknya segera dilaporkan ke pengelola kampus agar segera diantisipasi dan diatasi.

"Kalau dibiarkan dan paham itu telanjur menyebar, pasti akan sulit menanganinya," kata Kepala BNPT saat memberikan kuliah umum kepada mahasiswa baru Universitas Pancasila di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Kepala BNPT, mahasiswa baru harus membentengi diri dari paham radikal. Mahasiswa baru sangat mungkin diinfiltrasi karena mereka berasal dari berbagai macam sekolah menengah yang mungkin masih gagal paham tentang lingkungan sekitar, terutama bahaya radikalisme dan terorisme.

"Entry point itulah yang akan dimanfaatkan kelompok-kelompok negatif untuk menyebarkan ideologinya," kata Kepala BNPT, dikutip dari siaran pers.

Karena itu, pada awal tahun ajaran baru 2019, ia dan seluruh jajaran BNPT memberikan pemahaman tentang bahaya radikalisme, cara masuk paham itu, serta ciri-ciri orang yang terpapar radikalisme. Terkait hasil survei beberapa lembaga tentang kampus yang terpapar radikalisme, Suhardi menegaskan BNPT tidak akan mengeluarkan rilis atau survei semacam ini.

Menurut Suhardi data-data seperti itu tidak mungkin ia tunjukkan karena masing-masing kampus berbeda-beda tingkat terpaparnya. Ada yang tebal, ada yang tipis."Tidak mungkin saya membuka itu. Kalau saya rilis, saya takut orang tua akan takut menyekolahkan anaknya ke kampus tersebut," kata Suhardi.

Namun, Kepala BNPT tidak mempermasalahkan bila ada lembaga lain yang melakukan survei atau penelitian dan mengumumkan hasilnya kepada masyarakat."Silakan lembaga lain merilis, kami tidak. Tugas kami mereduksi bahkan menghilangkan paham-paham negatif tersebut," kata Kepala BNPT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement