Rabu 31 Jul 2019 16:35 WIB

Paskibraka Putri Pakai Celana, Siswi: Memang Lebih Nyaman

Sebagian siswi pengibar bendera di sekolah menyebut penggunaan celana lebih nyaman

Rep: Umi Soliha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Imam Nahrawi Selasa (30/7) sore meninjau dan memberikan semangat pada Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Lapangan Terbuka PPPON Cibubur, Jakarta.
Foto: Kemenpora
Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Imam Nahrawi Selasa (30/7) sore meninjau dan memberikan semangat pada Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Lapangan Terbuka PPPON Cibubur, Jakarta.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan mengganti seragam Paskibra Nasional Putri 2019 yang sebelumnya menggunakan rok menjadi celana panjang. Deputi Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan peraturan tersebut sesuai peraturan Presiden Nomor 71 2018 Tentang Tata Pakaian pada Upacara Kenegaraan dan Acara Resmi.

Namun, bagi warganet peraturan tersebut bukan peraturan biasa dan mereka biarkan begitu saja. Mereka menyoal peraturan tersebut dengan mengaitkan dengan sentimen kelompok tertentu.

Baca Juga

Menanggapi pro dan kontra celana dan rok di media sosial, anggota Paskibra SMK Negeri 8 Andin (15) mengatakan,  berdasarkan pengalamannya menjadi anggota paskibra sejak SMP memang ia lebih nyaman menggunakan celana saat baris-berbaris.

Kata dia, ia bisa leluasa bergerak dan juga  tidak ribet mengatur posisinya saat duduk. Kendati demikian ia pun tidak masalah jika disuruh memakai rok asalkan roknya tidak press body. “Kalau tetap pakai rok juga nggak apa – apa. Nanti sebelum pake kaos kaki bisa pake laging tipis dulu biar aman,”ujarnya saat di temui di SMK Negeri 8, Jakarta Selatan, Selasa (30/7).

Ia sangat mendukung apapun yang sudah ditetapkan oleh Kemenpora apalagi jika tujuannya agar baris  -berbarisnya lebih rapih dan segaram. Ia pun berpendapat memakai rok ataupun celana bukan masalah yang perlu diperdepatkan karena yang lebih penting baginya adalah fokus dan saling mendukung agar upacara 17 Agustus dimana pun dan tentunya di Istana Negera bisa lancar dan berjalan hikmat.

“Intinya pakai rok atau celana saya tidak masalah. Soalnya pakai rok atau pun celana tidak terlalu mengganggu yang menentukan berhasilnya baris – berbaris nanti kesungguhan dan seringnya  kita latihan,”ujarnya.

Senada dengan Andin, Paskibra Putra SMA Al – Azhar 2, Alim (16)  pun tidak terlalu mempersoalkan perubahan peraturan berpakaian tersebut. Justru ia sangat mendukung dengan memakai celana paskibra putri jauh lebih aman saat beraktivitas.

“Justru dengan pakai celana lebih bagus mereka lebih aman dan //enggak// risih saat interaksi dengan laki-laki,”ujarnya.

Ia menceritakan, selama ini paskibra putri SMA Al Azhar 2  memakai rok panjang model plisket  yang lebar, sehingga gerakan kakinya saat baris-berbaris tidak terganggu.

“Kalau SMA Al Azhar 2 selama ini sudah pakai rok tapi rok panjang yang lebar jadi gerakan langkahnya kalau pakai rok yang lebar tidak menggangu. Mungkin yang menganggu itu, yang roknya pendek dan sempit jadi gerakkannya nggak bebas. Mungkin yang perlu diganti itu yang rok yang pendek ke celana kalau yang udah pakai rok panjang menurut saya tidak usah, biarkan saja seperti itu,” ujarnya.

Menanggapi kegaduhan di dunia maya ini, Ni’am pun telah menjelaskan jika keputusan tersebut bukan keputusan sebelah pihak. Melainkan keputusan rapat koordinasi pelaksaan diklat paskibra 12 Juli. Ia pun menjelaskan perubahan peraturan tersebut dilakukan agar upacara pengibaran bendera merah  putih 2019 nanti bisa terlaksana secara sempurna.

Sehingga, pihaknya sangat memperhatikan segala aspek dengan teliti mulai dari baris–berbaris sampai pakaiannya. Mencontoh dari aturan seragam TNI dan Polri yang telah menerapkan celana panjang kepada anggota putri.

Maka menurutnya hal tersebut pun bisa diadaptasi oleh anggota paskibra putri 2019 terutama yang berhijab.“Jangan ganggu kegiatan ini dengan isu –isu konraproduktif,”ujarnya.

Untuk diketahui, saat ini telah terkumnpul 68 orang anggota paskriba nasional 2019 dari 34 provinsi seluruh Indonesia. Mereka tengah menjalani pendidikan dan pelatihan intensif di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON) Cibubur.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement