Kamis 15 Aug 2019 14:42 WIB

Cirebu Bertamu ke Negara Tetangga

Sudah empat tahun terakhir, negara tetangga tak mempermasalahkan asap kebakaran hutan

Sejumlah pengendara kendaraan bermotor melintas di atas jembatan Siak IV yang diselimuti kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan, di Pekanbaru, Riau, Selasa (6/8/2019). Kota Pekanbaru sudah sepekan diselimuti kabut asap dampak Karhutla, kondisi ini membuat Pemerintah Kota Pekanbaru menetapkan siaga darurat.
Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor melintas di atas jembatan Siak IV yang diselimuti kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan, di Pekanbaru, Riau, Selasa (6/8/2019). Kota Pekanbaru sudah sepekan diselimuti kabut asap dampak Karhutla, kondisi ini membuat Pemerintah Kota Pekanbaru menetapkan siaga darurat.

Presiden Jokowi sempat bingung, apa arti kata 'Cirebu'. Hal ini beliau sampaikan di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, (6/8) lalu.  'Cirebu' ada di media massa negeri tetangga.

"Saya kadang-kadang malu. Minggu ini saya mau ke Malaysia dan Singapura. Tapi, saya tahu minggu kemarin sudah jadi headline, cirebu masuk lagi ke negara kita. Saya cek cirebu ini apa, ternyata asap. Hati-hati, malu kita kalau nggak bisa menyelesaikan ini," ujar Jokowi.

Baca Juga

Dilansir dari Medcom.id, Jokowi menyebut sudah empat tahun terakhir Malaysia dan Singapura tidak mengeluhkan kabut asap. Namun, kebakaran lahan di Indonesia kembali terjadi dan menyebar ke negara tetangga.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo melihat titik api kebakaran hutan Kalimantan Tengah saat bertolak menuju Palangka Raya. Doni yakin kebakaran hutan dan lahan itu 99 persen disebabkan manusia.

Dinkes Kota Pekanbaru telah menginstruksikan seluruh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk siaga melayani warga yang terserang penyakit akibat kabut asap. Pekan lalu, tercatat sebanyak 1.136 warga Pekanbaru terserang infeksi saluran napas atas (ISPA) yang diduga akibat terpapar kabut asap.

Jumlah penderita ISPA paling banyak berada di Kota Palembang. Sejak awal tahun, ada 80.162 orang. Selanjutnya adalah Banyuasin dengan penderita 36.871 orang, Muara Enim sejumlah 35.405 orang, Musi Banyuasin 21.871 orang, dan Ogan Komering Ilir 13.292 orang.

Tidak hanya merugikan manusia, kekayaan alam berupa lahan gambut ikut terbakar. Padahal gambut sangat penting dalam mengurangi efek pemanasan global. Sebab mampu menahan gas-gas rumah kaca (seperti metan dan karbon) yang merupakan salah satu penyebab terjadi perubahan iklim dan pemanasan global. Tanah gambut pun dapat dijadikan sebagai sumber energi.

Perlu penanganan sedini mungkin, sebelum titik api meluas. Kerja sama gubernur, pangdam, kapolda, pemerintah pusat, panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Restorasi Gambut (BRG), penting dalam menyiapkan langkah antisipasi atau pencegahan.

Umat berdoa dalam salat istisqo, meminta hujan. Penguasa dengan segenap aparat bersinergi memadamkan api. Perlu upaya pencegahan juga agar tidak terjadi kebakaran hutan. Dengan aturan yang tegas dan penerapan hukum persanksian yang tepat, diharapkan mampu mengatasi karhutla.

Pengirim: Lulu Nugroho, Muslimah Penulis dari Cirebon

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement