Kamis 08 Aug 2019 11:16 WIB

Pendidikan Jadi Tantangan Pembangunan SDM

HIPIIS diharapkan bisa ambil peranan ini dalam menuju Indonesia emas 2045.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS) mengadakan  konvensi nasional ilmu-ilmu sosial di Hall Dome Universitas Muhammadiyah  Malang (UMM), Rabu (7/8).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS) mengadakan konvensi nasional ilmu-ilmu sosial di Hall Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Konvensi nasional ilmu-ilmu sosial yang diadakan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS) digelar di Universitas Muhamadiyah Malang (UMM), Rabu (7/8). Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Profesor Malik Fadjar menjadi salah satu pembicara pada pembukaan kegiatan tersebut.

Di kesempatan tersebut, Malik mengungkapkan, harapannya agar konvensi nasional dapat memberikan sumbangan berarti pada bangsa. Hal ini terutama yang berkaitan dengan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Aspek ini menjadi fokus utama pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) di kabinet kerja periode keduanya.

Baca Juga

"Dan di sini peranan ilmu sosial sumbangan dinanti. Karena itu, saya berharap karena ada kegalauan sekarang ini bahwa pembangunan SDM di dunia pendidikan jadi yang tertantang," ujar Menteri Pendidikan Nasional periode 2001 hingga 2004 ini saat mengisi acara konvensi nasional di Hall Dome UMM, Rabu (7/8).

Mengenai kualitas SDM, Malik mencoba membandingkan bagaimana kualitas manusia di negara-negara maju seperti Jepang. Negara "Matahari Terbit" ini dikenal kurang dalam hal Sumber Daya Alam (SDA)-nya. Namun mereka justru fokus dalam pembangunan SDM-nya melalui pendidikan sehingga menjadi negara unggul.

Tidak hanya Jepang, hampir sebagian besar negara di kawasan Timur Pasifik pun demikian. Negara-negara tersebut tidak terlalu mumpuni pada aspek SDA-nya. Namun mereka lebih berinvestasi pada SDM sehingga menjadi negara maju. Bahkan, Singapura termasuk dalan ketegori negara tersebut.

Berdasarkan situasi tersebut, maka sudah sepatutnya konvensi nasional HIPIIS bisa berkontribusi dalam hal ini. Mereka diharapkan mampu memberikan inspirasi mengenai konsep pembangunan manusia unggul. "Walaupun secara teoritis dan normatifnya, manusia unggul sebetulnya sudah dituangkan pada tujuan pendidikan. Implementasi di Indonesia yang memiliki kemajemukan itu yang sangat penting," ujar dia.

Selain itu, Malik juga mengingatkan, bentangan ilmu sosial sesungguhnya sangat luas. Konvensi nasional juga perlu memikirkan masalah terkait masa depan pembangunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini terutama untuk kemajuan sistem kenegaraan Indonesia.

"Saya harap HIPIIS bisa ambil peranan ini dalam menuju Indonesia emas 2045. Sekarang kita sudah memasuki 74 tahun merdeka, dan HIPIIS diharapkan bisa berkontribusi untuk kepentingan bangsa k depan," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement