Sabtu 03 Aug 2019 07:30 WIB

Jawa Tengah Segera Eksekusi GSM

GSM sebagai alternatif sistem pembelajaran jenjang SMA/SMK.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Pendidikan/Ilustrasi
Pendidikan/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Jawa Tengah sangat merespon penerapan/ implementasi Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) sebagai alternatif sistem pembelajaran pada jenjang SMA/SMK.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Jumeri mengatakan, keseriusan Jawa Tengah ini telah diwujudkan dengan sejumlah persiapan.

Antara lain menunjuk enam sekolah SMA/ SMK --baik sekolah skala kecil, menengah dan besar-- untuk proyek percontohan dan kemarin telah melakukan studi banding GSM ke Yogyakarta.

"Studi banding akan dilanjutkan dengan menggelar diklat tanggal 11 hingga 15 Agustus ini, dan selanjutnya sudah langsung eksekusi untuk implementasi," ungkapnya, di Semarang, Jumat (2/8).

Menurut Jumeri ke-enam sekolah ini meliputi SMK Jambu, SMK H Moenadi dan SMKN 11 Semarang. Untuk SMA meliputi SMAN Boja, SMAN 12 dan SMAN di Kendal.

Ini akan diuji coba dulu selama enam bulan seperti apa, setelah enam bulan bakal dievaluasi. "Karena kebetulan sekolah tersebut ada di sekitar Semarang sehingga akan lebih mudah memonitor dan mengevaluasinya," tambah Jumeri.

Selaku kepala dinas, ia menilai GSM  prospeknya sangat baik, karena nanti ada proses keswadayaan sekolah dan kesadaran dari guru- guru di sekolah itu untuk bisa memperlakukan anak didiknya dengan baik.

Pun demikian pola hubungan guru dengan murid yang juga akan berlangsung lebih baik dan secara tidak langsung dibangun kesadaran bersama dengan harapan prestasi akan meningkat.

Jadi itu merupakan konsep pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan siswa. Sebenarnya program itu sudah ada tapi melalui GSM ini telah diorganisir dengan lebih baik lagi.

Prinsip- prinsip dasar itu juga sudah ada , student learning center berpusat pada anak, guru sebagai fasilitator. Tapi dalam GSM ini lebih di masifkan lagi

"Semua sekolah, juga bergerak untuk bisa memberikan perhatian pada anak agar tidak ada lagi kerasan di sekolah, saling kolaborasi, terus tidak ada pembulian dan sebagainya," tandas Jumeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement