Kamis 01 Aug 2019 23:22 WIB

IPB Kerja Sama dengan China untuk Riset Pertanian

China dengan artificial intelligencenya telah berhasil mengembangkan Agriculture 4.0.

Rep: Zainur mahsir ramadhan/ Red: Gita Amanda
Pertanian Indonesia. (Ilustrasi)
Foto: Kementan
Pertanian Indonesia. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR –- Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Arif Satria beserta rombongan KBRI dan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melakukan kunjungan ke beberapa institusi pengembangan pertanian 4.0 di China, pada Senin hingga Selasa Juli 2019. Dalam prosesnya ada beberapa tempat yang dikunjungi, seperti Chinese Academy of Agricultural Sciences (CAAS), Beijing Forever Technology dan Fujian Academic of Agricultural Sciences (FAAS) untuk melakukan kerja sama riset pertanian smart agriculture.

Dalam kesempatan itu, CAAS menjadi tempat pertama dalam runutan kunjungannya. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk melihat secara langsung smart agriculture yang dikembangkan oleh CAAS. Arif, menuturkan China dengan artificial intelligencenya telah berhasil mengembangkan Agriculture 4.0 dan menjadi pemimpin di bidang smart farming.

Baca Juga

"Upaya mewujudkan Agricultural 4.0 di Indonesia diawali dengan mewujudkan percontohan smart agriculture di IPB sebagai bukti percontohan bagi Indonesia dan dunia," kata Arif.

Arif memaparkan, menghadapi isu pangan global, kerja sama sangat diperlukan untuk mewujudkan smart agriculture. Dia menambahkan, pihaknya juga telah sepakat untuk merealisasikan smart agriculture di Indonesia, mengingat perlunya pemenuhan ketahanan pangan bagi penduduk dunia dalam menghadapi tantangan di masa mendatang.

Selanjutnya, dalam runutan lawatannya ke Beijing Forever Technology dilakukan untuk membahas penguatan kerja sama pelatihan dan pendidikan kejuruan teknis, terutama dalam bidang big data dan artificial intelligence demi terwujudnya smart agriculture 4.0. dalam kesempatan tersebut, Arif diterima oleh Public Relations Department Manager BFT, Du Mingliang yang menjelaskan bahwa perlu adanya investasi di bidang smart agriculture.

 

“Diperlukan investasi peralatan big data dan Electrical Air Vehicle (drone) untuk smart agriculture dan memungkinkan investasi, serta TVET di bidang tersebut,” ungkap Arif.

Di akhir, Arif menyambangi 16 institut yang terintegrasi dengan cultivasi ke komersialisasi di FAAS, untuk melihat secara langsung fasilitas laboratorium High-Technology yang ada di sana. Selain itu, dilakukan pula penandatanganan MoU antara IPB University dan FAAS. Lebih lanjut, Arif memaparkan langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan oleh pihaknya adalah tindak lanjut dari kerja sama untuk pertukaran dosen, peneliti dan postdoctoral di kedua pihak. Sambung dia, doktor muda dirasa perlu untuk belajar ilmu pertanian di China.

“Pertanian di Indonesia memerlukan percepatan transformasi digital ke pertanian cerdas, kami sedang menggarap ini, dan kami akan mewujudkannya di Indonesia,” tegas Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement