Ahad 28 Jul 2019 13:16 WIB

Lulusan Amikom Diminta Pegang Teguh Kejujuran

Generasi muda diharapkan bisa menjadi orang-orang yang selalu peduli.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Kampus Universitas Amikom Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus Universitas Amikom Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Amikom Yogyakarta sukses menggelar wisuda diploma, sarjana dan pascasarjana periode 71. Sebanyak 434 orang wisudawan dan wisudawati resmi melangkahkan kaki ke dunia baru.

Ada satu pesan yang begitu ditekankan dan diucapkan berkali-kali selama wisuda berlangsung. Yaitu, agar lulusan-lulusan Amikom senantiasa memegang teguh kejujuran dalam menjalani kehidupan.

Baca Juga

Ketua Yayasan Amikom, Dr Muhammad Idris Purwanto, mengingatkan 100 kunci sukses Thomas J Stanley. Ia mengatakan, IQ cuma menduduki peringkat 21 dari 100 kunci kesuksesan tersebut.

Kemudian, tempat-tempat belajar favorit cuma menempati posisi 20 dan nilai-nilai seperti IPK bahkan bertengger di posisi 30. Tapi, Idris menekankan, kejujuran menjadi kunci kesuksesan pertama.

Untuk itu, ia berpesan, agar lulusan-lulusan Amikom jangan sampai menanggalkan kejujuran yang diajarkan selama ini. Idris berharap, kejujuran senantiasa dipegang teguh sebagai prinsip hidup.

"Sebagai mata uang, kejujuran tidak pernah terkena inflai dan laku di semua negara-negara dunia," kata Idris di Grand Pacific Hall, Sabtu (27/7).

Pada kesempatan itu, Rizky yang mewakili wisudawan dan wisudawati menilai, generasi muda harus bisa menjadi orang-orang yang selalu peduli. Kemudian, menjadi pengurus dan tidak sekadar penerus.

Ia menekankan, sukses tidak diukur seberapa uang yang kita miliki. Sebab, semua itu tidak akan berguna jika kita sebagai umat manusia tidak bisa memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar.

Sebagai alumni, Rizky berharap Amikom terus melakukan perkembangan. Salah satu yang diminta segera ditingkatkan kualitasnya tidak lain tempat ibadah atau masjid yang ada di Amikom.

"Kalau untuk tempat makan saja kita berani lebih baik, kenapa untuk tempat ibadah tidak," ujar Rizky.

Kemudian, di satu sisi, banyak organisasi-organisasi mahasiswa yang belum banyak menyumbang terhadap kemajuan Amikom. Tapi, di sisi lain, ia merasa banyak organisasi-organisasi yang dianaktirikan.

Setelah meminta ada hukuman tegas kepada dosen-dosen yang sering mankgir, ia memberikan pesan penutup kepada teman-temannya sesama lulusan. Yaitu, agar tidak berhenti dalam meraih mimpi-mimpi.

"Tapi, ingatlah, hidup tidak cuma untuk bernafas, ada tujuan yang harus kita capai sebelum Tuhan menyuruh kita pulang," kata Rizky.

Mewakili orang tua wisudawan dan wisudawati, Sugeng berpendapat, sosok Rektor Suyanto bisa menjadi salah satu panutan wisudawan dan wisudawati. Sebab, walaupun sederhana, pribadinya sangat lugas.

Ia merasa, kesuksesan Suyanto mengembangkan Universitas Amikom Yogyakarta ke taraf internasional harus bisa menjadi motivasi. Sehingga, tangguh menggapai mimpi sesulit apapun mimpi tersebut.

"Sosok Pak Suyanto harus jadi teladan, dan semoga Amikom tidak berhenti mencetak lulusan-lulusan yang mampu bermanfaat bagi bangsa," ujar Sugeng.

Rektor Universitas Amikom Yogyakarta, Prof Suyanto, membuka sambutan lewat beberapa kabar gembira. Pertama, keluarnya Surat Keputusan (SK) Universitas Amikom Purwokerto dari Kemenristekdikti.

Kemudian, kabar gembira kedua tentang Amikom yang menerima hibah World Professor melalui Dr Kusrini. Terakhir, tentang mahasiswa Amikom yang kembali mengukir prestasi tingkat internasional.

"Kali ini, dalam lomba ICT di Korea, juara tiganya Cina, juara duanya Jepang dan juara satunya Indonesia dari Amikom," kata Suyanto, disambut tepuk tangan meriah hadirin.

Kepada wisudawan dan wisudawati, ia mengingatkan tiga pesan yang disampaikan Presiden Diretur PT Symnex Metrodata, Agus Honggo Widodo. Pesan disampaikan Juni lalu saat mengisi seminar di Amikom.

Pertama, kalau lulusan-lulusan ini sudah mendapat ilmu yang begitu banyak dari dosen-dosen Amikom. Kedua, kalau lulusan-lulusan tentu saja sudah diajari keterampilan yang sangat banyak.

Tapi, ia menekankan, kompetensi merupakan titik lemah yang sampai hari ini masih dimiliki Indonesia. Suyanto menilai, kemampuan komunikasi dan negosiasi jadi salah satu kunci sukses kompetensi.

Selain itu, ia mengingatkan tentang kiat kesukesesan Umar bin Abdul Aziz untuk dapat memimpin secara adil. Suyanto menegaskan, kiat itu tidak lain merupakan komunikasi.

"Adil merupakan salah satu orang bertaqwa, dan ternyata agar bisa adil nomor satu komunikasi, jadi penting bagi anda untuk dapat terus meningkatkan kemampuan komunikasi," ujar Suyanto.

Wisuda diisi amanah Kepala Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan SDM LL-Dikti V, Tunggul Priyono. Hadir pula pemateri dari International Conference on Information and Communications Technology (ICOIACT).

Agenda itu baru saja sukses digelar Amikom 24-25 Juli 2019. Ada Prof Ebroul Izquierdo Queen Mary university of London Prof Abdul Wahad bin Abdul Rahman International Islamic University Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement