Kamis 18 Jul 2019 15:59 WIB

Relawan Wahdah Sisir Kepulauan Halmahera Cari Korban Gempa

Relawan Lazis Wahdah dan aparat menyisir kepulauan untuk mencari korban gempa

 LAZIS Wahdah dan Wahdah Peduli bersama tim Gabungan TNI, POLRI, TAGANA, BNPB dan NGO yang tergabung dalam FOZ melakukan penyisiran dan Assessment ke seluruh area pesisi Kecamatan Gane luar, Gane Dalam dan Gane Barat serta ke Pulau Obi utk selanjutnya memetakan dalam pembagian Distribusi Logistik dan pelayanan Medis untuk para Korban Gempa.
Foto: LAZIS Wahdah
LAZIS Wahdah dan Wahdah Peduli bersama tim Gabungan TNI, POLRI, TAGANA, BNPB dan NGO yang tergabung dalam FOZ melakukan penyisiran dan Assessment ke seluruh area pesisi Kecamatan Gane luar, Gane Dalam dan Gane Barat serta ke Pulau Obi utk selanjutnya memetakan dalam pembagian Distribusi Logistik dan pelayanan Medis untuk para Korban Gempa.

REPUBLIKA.CO.ID, HALMAHERA SELATAN -- Gempa yang mengguncang Halmahera Selatan Senin (15/7) lalu berbeda dari gempa-gempa sebelumnya. Medan yang sulit pun mendorong relawan Lazis Wahdah tak hanya menempuh jalur darat namun juga laut dan udara demi sampainya logistik ke daerah terdampak. 

Hal ini dikatakan Syukri Turusi salah satu relawan Lazis Wahdah, Kamis (18/7). Ia menambahkan wilayah terjauh, disekat oleh laut yang membentang luas. Untuk sampai disana, membutuhkan perahu motor yang tak sedikit. Sebab, bantuan yang banyak ini harus diangkut dengan cepat ke wilayah paling terluar.

Baca Juga

Dari laporan yang diterima, hingga saat ini, enam orang korban meninggal telah teridentifikasi. Lima korban diakibatkan reruntuhan bangunan, sedangkan satu korban meninggal di pengungsian. 

Satu korban yang meninggal di pengungsian, Saima (90) berasal dari dataran tinggi di Desa Nyonyifi, Kecamatan Bacan Timur. 

Sementara itu, bantuan logistik terus mengalir untuk penanganan darurat baik dari Pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. BNPB mengirimkan  1 unit helikopter Mi-8 untuk mendistribusikan bantuan, seperti tenda keluarga dan barang lainnya. Bantuan tenda lain telah disiapkan pengirimannya melalui pesawat Hercules yang tiba pada malam tadi (16/7). Selain pengiriman via udara, BNPB telah mengirimkan dukungan logistik melalui kapal. Bongkar muat dari kapal tanker ke kapal yang lebih kecil telah dilakukan.

Sejauh ini Pemerintah Halmahera Selatan telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat. Dapur umum yang dioperasikan pemerintah daerah (pemda) yang dibantu TNI dan Polri serta NGO FOZ untuk melayani 9 pos pengungsian di Kota Labuha. Pemerintah setempat menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15 - 21 Juli 2019. 

Hari Rabu (17/7), LAZIS Wahdah dan Wahdah Peduli bersama tim Gabungan TNI, POLRI, TAGANA, BNPB dan NGO yang tergabung dalam FOZ melakukan penyisiran dan Assessment ke seluruh area pesisi Kecamatan Gane luar, Gane Dalam dan Gane Barat serta ke Pulau Obi utk selanjutnya memetakan dalam pembagian Distribusi Logistik dan pelayanan Medis untuk para korban gempa. Dua kapal motor dikerahkan dalam proses pemetaan titik-titik pelayanan untuk korban gempa Halmahera Selatan. 

“Di Halmahera kita sangat kesulitan untuk akses masuk ke pulu-pulau. Jarak yang jauh membutuhkan waktu lama. Jika kita pakai perahu kayu bisa sampai 12 jam. Kalau pake speed boat bisa capai 4 jam saja,” kata Syukri.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement