Senin 22 Jul 2019 12:12 WIB

Mudik ke Kampung Majikan

Untuk apa orang-orang mudik? Ya, untuk bertemu keluarga, melepas rindu.

Mudik ke Kampung Majikan
Foto:

Kami langsung berangkat keesokan harinya. Hari itu H-4 Lebaran. Diperkirakan, kami akan tiba di Medan pada H-1. Pak Boni, Bu Boni, dan dua putrinya, masing-masing sibuk mempersiapkan diri. Saya dan Bardam menunggu di mobil. Bardam menyetir mobil putih, saya mobil hitam.

Lho, kenapa dua-dua mobilnya dibawa, Pa?” protes Bu Boni.

“Ya, biar kita nyaman. Perjalanan kita, kan, jauh. Jadi, kalau mau tidur di mobil, lebih enak. Biar nggak himpit-himpitan,” kata Pak Boni, sambil senyam-senyum.

“Iya, Ma, iya, Ma,” anak-anak Pak Boni setuju dengan Papanya.

“Tuh, kan? Anak-anak aja maunya dua mobil,” Pak Boni merasa sudah mengalahkan istrinya. Tiga berbanding satu. Bu Boni tak menyanggah lagi.

Kami pun siap berangkat. Saya berdua dengan Pak Boni di mobil hitam. Bu Boni, Selena, dan Camila, di mobil putih bersama Bar dam. Kami beriringan sepanjang perjalanan. Pak Boni memperingatkan kami untuk tetap menjaga jarak.

Sepanjang jalan, saya lihat Pak Boni begitu semringah. Beberapa kali saya lihat ia memandang lepas ke luar jendela sambil senyum-senyum sendiri. Kemacetan arus mudik dan rasa lapar karena berpuasa, tidak mengusiknya sama sekali. Sepanjang jalan, kecuali saat tertidur, mulutnya tak henti-hentinya bicara, bercerita hal-hal yang ia ketahui atau pernah ia alami.

“Kau tahu apa artinya mudik?”

“Pulang ke kampung halaman, Pak.”

“Bukan, bukan itu maksud saya. Maksud saya, untuk apa orang-orang mudik?”

“Ya, untuk bertemu keluarga, melepas rindu, Pak.”

“Ya, tapi bukan cuma itu.”

“Lalu, apa lagi, Pak?”

“Kau akan tahu nanti. Sudah lama sekali rasanya saya tidak pulang. Keluarga saya pasti sudah menunggu,” ucap Pak Boni.

“Lebaran tahun lalu bapak tidak pulang?”

“Tidak. Sudah tiga tahun saya Lebaran tidak pulang.”

Beberapa kali kami berhenti untuk shalat, atau singgah di warung makan ketika jam sahur dan berbuka. Selena dan Camila asyik berfoto-foto tiap kali turun singgah.

Pak Boni dan Bu Boni tak ketinggalan dilibatkan juga. Sedangkan, saya dan Bar dam lebih banyak memanfaatkan waktu singgah untuk beristirahat.

Pada malam ketiga perjalanan, kami tiba di Kabupaten Mandailing Natal, wila yah pertama Sumatra Utara yang kami capai setelah melewati Pasaman, wilayah Sumatra Barat. Pukul 22.00, kami singgah untuk beristirahat. Pukul 02.00, ketika jalanan masih sepi, kami melanjutkan per jalanan. Hari itu kami tancap gas karena mengejar waktu tiba di rumah orang tua Pak Boni saat berbuka puasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement