Ahad 21 Jul 2019 08:05 WIB

Terima Kasih, Duhai Suami dan Istri

Ada banyak hadis yang mendukung keimanan dan ketakwaan suami dan istri

Sepasang Suami-Istri (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Sepasang Suami-Istri (ilustrasi)

Kala mendengar kata perkosaan, yang langsung terbayang di benak adalah pemaksaan hubungan badan oleh orang tanpa hubungan yang sah. Tapi, beberapa waktu yang lalu, komnas perempuan menggunakan kata perkosaan bagi suami yang memaksa hubungan badan dengan istrinya. 

Tak selang berapa lama, muncul tulisan di media sosial atas nama komnas laki-laki. Isinya antara lain, pemaksaan bekerja mencari nafkah untuk menghidupi istri dan anaknya adalah human trafficking, mengambil uang suami tanpa izin adalah pencurian, menggosipkan suami kepada tetangga adalah pencemaran nama baik. 

Keblinger inilah yang terjadi kala nafsu yang berbicara. Kala standar yang digunakan adalah enak dan tidak enak menurut sendiri.

Jelas akan timbul perbedaan, pertentangan dengan yang lain. Jika pernyataan dari komnas perempuan dan laki-laki ini di ACC (persetujuan) sehingga jadi aturan, maka yang ada bukan harmoni dalam rumah tangga. Tapi percekcokan dan pertengkaran. Rusaklah institusi terkecil dalam negara, keluarga. 

Duhai istri, cobalah sekali-sekali renungkan. Boleh jadi banyak pengorbanan yang tak diketahui suamimu. Tapi biarlah ia jadi penggugur dosamu. Boleh jadi lebih banyak pengorbanan suamimu untukmu dan anak-anak. Sesekali pandangi suamimu kala tertidur lelap, ialah lelaki yang bukan siapa-siapamu, tapi rela menghidupimu, memberikan makan, tempat tinggal, membelikan pakaian yang pantas untukmu, kala kalimat ijab qabul telah terucap.

Ialah yang berpeluh lelah bekerja mencari nafkah hingga tangannya keras, raganya lelah menempuh perjalanan dan bekerja dengan segenap tenaga juga pikiran. Sekali-kali pandangilah ia, yang tak bermuram durja kala kembali ke rumah. Namun, menyapamu dan anak-anak dengan senyum terbaiknya walau lelah melanda. 

Ialah suamimu, pasangan yang ditakdirkan Allah untukmu. Ia pasti yang terbaik untukmu. Untuk melengkapimu. Untuk mendidikmu. 

Tundukkan egomu, duhai istri. Ingatlah surga nerakamu kini ada pada Ridho suami. Bahkan Rasulullah pun bersabda, kalaulah ada manusia yang boleh disembah selain Allah, maka Rasul akan meminta istri menyembah suami. 

Hanya saja, PR besar kita saat ini adalah bekal keimanan dan ilmu agama bagi para suami istri. Agar para suami istri paham akan kewajibannya sebelum meneriakkan hak-haknya. Menikmati semua aktivitas kewajiban dengan kacamata ibadah, pahala dari Allah swt. Sampai hubungan badan pun demikian. 

Ada hadis-hadis Rasul dalam tema rumah tangga untuk para suami, ada juga yang untuk para istri. Jangan sampai tertukar. Istri sibuk menuntut hadis untuk suami. Sementara hadis untuk istri tak diperdalami. Begitu juga sebaliknya. 

Ya, saya pernah mendapatkan bekal hadis persiapan menjalani kehidupan rumah tangga dari seorang ustadzah. Beliau menyampaikan hadis tentang bersegera melayani kebutuhan biologis suami, bahkan jika di pelana unta sekalipun. 

Ini hadis untuk para istri agar bersegera. Bersiap dalam segala kesempatan. Sementara untuk para suami ada imbauan untuk menggauli istri dengan ma'ruf. Ma'ruf disini berarti tidak memaksa. Berarti melihat kondisi sang istri, sakitkah ianya, capekkah ia, dan lain lain. 

Inilah indahnya rumah tangga dalam balutan keimanan dan ketakwaan pada Allah swt. Kedua belah pihak lebih takut jika lalai menjalankan kewajiban. Menikmati kewajibannya sebagai ladang pahala. Walau pedih dan sakit menurut kacamata duniawi. Namun terlihat ringan, Indah, dalam kacamata akhirat. Sebagaimana jihad fii sabilillah. 

Saatnya kita ganti kacamata kita, bukan dengan materi, bukan dengan kapitalisme yang mengutamakan untung rugi. Tapi dengan kacamata Islam yang berstandar halal haram, hanya untuk menggapai Ridho Allah. Insyaallah kehidupan rumah tangga akan bahagia, tentram dalam balutan iman. 

Agar itu terwujud, mari mulai ramaikan majelis-majelis ilmu. Resapi, pahami dan amalkan semua ilmu islam. Niatkan lillah. Jangan lupa berdo'a pada Allah. Semoga Allah jaga kita dan keluarga dari semua bentuk perpecahan. Semoga Allah kumpulkan kita kembali di surga-Nya. 

Aamiin

Wallahu'alam bish shawab

Pengirim: Fatimah Azzahra, S. Pd

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement