Kamis 18 Jul 2019 11:24 WIB

Kemendikbud Usul Mohammad Tabrani Sebagai Pahlawan Nasional

Mohammad Tabrani merupakan penggagas bahasa Indonesia.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dadang Sunendar
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Dadang Sunendar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengusulkan Mohammad Tabrani sebagai pahlawan nasional. "Almarhum merupakan penggagas bahasa Indonesia. Padahal, waktu itu belum ada Republik Indonesia," ujar Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud Prof Dadang Sunendar, dalam ziarah di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Kamis (18/7).

Melalui ziarah itu, kata Dadang, mengingatkan kembali pada generasi muda bahwa bangsa ini tidak dibangun dalam waktu singkat, tetapi melalui proses panjang perjuangan. Tanpa adanya Bahasa Indonesia, kata dia, sulit bangsa Indonesia yang waktu itu belum merdeka, untuk bersatu.

Baca Juga

Dengan adanya Bahasa Indonesia, mempersatukan bangsa Indonesia dan berjuang untuk meraih kemerdekaannya. "Kami mengusulkan pada bapak Mendikbud agar Bapak Mohammad Tabrani bisa menjadi pahlawan nasional," tambah dia.

Sebagai bentuk penghormatan, pihak Kemendikbud juga sudah mengubah nama gedung di Kantor Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan yang sebelumnya bernama Samudra menjadi Mohammad Tabrani. Mohammad Tabrani lahir di Pamekasan (Madura) pada 10 Oktober 1904. Ia merupakan Ketua Kongres Pemuda I yang berlangsung di Solo pada 1926. Ia juga seorang wartawan yang mulai bekerja pada harian Hindia Baru.

Dalam kolom "Kepentingan" yang ia asuh di lembaga pers itu, pada 10 Januari 1926, dimuatlah tulisan dengan judul "Kasihan". Tulisan itu muncul sebagai gagasan awal untuk menggunakan nama bahasa Indonesia.

Ketika itu, Tabrani menyebut bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan bangsa. Konsep kebangsaan yang muncul dari gagasan M Tabrani tersebut merujuk pada kondisi nyata keberagaman manusia yang masih bersifat kedaerahan/kesukuan dan masih mengutamakan kepentingan suku atau pun daerahnya masing-masing sebagaimana terbentuknya organisasi-organisasi pemuda pada masa itu.

Dalam Kongres Pemuda I tersebut, Tabrani berbeda pendapat dengan Mohammad Yamin yang ingin menggunakan Bahasa Melayu. Menurut Tabrani, pada saat itu, jika sudah mempunyai Tanah Air Indonesia, bangsa Indonesia maka bahasa juga bahasa Indonesia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement