Rabu 17 Jul 2019 18:27 WIB

Pameran Islam Masa Depan Digelar di Yogyakarta

Penting bagi masyarakat melihat dan mempelajari perkembangan Islam.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pembukaan Pameran Islam Masa Depan di Gedung Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam lndonesia (UII) Yogyakarta.
Foto: Dokumen.
Pembukaan Pameran Islam Masa Depan di Gedung Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam lndonesia (UII) Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kajian soal masa depan Islam di Indonesia sedang ramai diperbincangkan, terutama ranah akademik. Ada pendapat menyatakan Indonesia akan bangkit sebagai negara model pertemuan Islam.

Direktur Eksekutif Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada, Hadza Min Fadhli Robby menilai, kemajuan ekonomi dan perkembangan demokrasi yang positif mungkin akan jadi titik kebangkitannya.

Sejak wacana itu digelontorkan, masyarakat sipil dan pemerintahan Indonesia menyambut gempita dengan memperkenalkan konsep-konsep. Semisal, Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan.

Dalam ranah kultural, tidak banyak pameran membahas masa depan Islam Indonesia. Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam lndonesia (UII) mencoba menjawab itu.

Dilakukan dengan mengadakan pameran bertemakan masa depan Islam di Indonesia. Pameran ini bertujuan menawarkan perbincangan baru yang realistis, tapi tetap optimistis tentang Islam di Indonesia.

Hadza menekankan, pameran ini diharapkan bisa menjadi penyegar di tengah hiruk-pikuk yang tidak pernah selesai tentang pemilu dan Islam politik. Targetnya, khalayak umum.

"Dari anak-anak TK sampai paruh baya, untuk berbincang mengenai ke mana Indonesia dan umat Islam Indonesia akan menuju," kata Hadza, di Gedung Yayasan Badan Wakaf UII Yogyakarta).

Pameran Masa Depan Islam di Indonesia berlangsung mulai 15 Juli-15 Agustus 2019 di Auditorium Gedung Yayasan Badan Wakaf UII. Pameran dibuka Guru Besar UII, Prof Mahfud MD.

Dalam pidato pembukaannya, Mahfud mengatakan, Indonesia saat ini tengah berkembang menuju negara Islami. Tapi, berbeda antara negara Islami dengan negara Islam.

"Islami artinya lebih menunjuk kepada sifat, karena ada negara Islam yang tidak Islami dan ada negara bukan negara Islam tapi Islami," ujar Mahfud.

Ia menerangkan, negara yang Islami ini bercirikan masyarakat dan pemerintahnya yang jujur, taat hukum, dan lain-lain. Ini sejalan ajaran Islam dari zaman sebelum kemerdekaan.

Utamanya, yang telah didakwahkan melalui dua jalur yakni jalur struktural dan non-struktural. Struktural di sini melalui kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan pada zaman itu.

Contohnya, lanjut Mahfud, kerajaan seperti yang dilakukan Wali Songo. Sedangkan, nonstruktural di luar lingkup kerajaan seperti melalui budaya yang dilakukan Sunan Kalijaga.

"Sunan Kalijaga dakwahkan Islam melalui wayang yang lebih mudah dipahami masyarakat saat itu, sehingga perkembangannya hingga kini banyak ajaran-ajaran Islam yang bisa jadi gaya hidup," kata Mahfud.

Pada kesempatan itu, Ketua Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (UGM), Najib Azca menuturkan, penting bagi masyarakat melihat dan mempelajari perkembangan Islam.

Utamanya, dari masa lalu dan masa kini untuk melihat masa depan Islam di Indonesia. Melihat perjuangan cendekiawan Muslim agar dijadikan fondasi dalam melihat perkembangan Islam ke depan.

Ia berpendapat, itu begitu penting karena perkembangan Islam jelas tidak lepas dari perjuangan cendekiawan Muslim pada masa lalu. Termasuk, Islam hingga hari ini.

"Bagaimana dalam membincang masa depan ini tidak bisa lepas dari masa lampau dan masa kini, dengan fondasi yang kuat perkembangan Islam di Indonesia akan semakin baik," ujar Najib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement