Jumat 12 Jul 2019 17:45 WIB

Maafkan Diri dan Petiklah Berbagai Hikmah Kehidupan

Setelah maafkan diri dan ubah perilaku, dekatkan diri kepada Allah

 Ilustrasi Berdoa
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Berdoa

Tidak ada manusia yang sempurna. Kesalahan adalah hal yang tidak bisa dihindari dalam setiap segi kehidupan. Tidak hanya anak kecil dan remaja yang melakukannya, bahkan banyak orangtua yang secara sengaja maupun tidak sengaja melakukan kesalahan. Maka untukmu yang pernah berbuat kesalahan stop menyalahi diri sendiri, meminta maaflah dan perbaiki kesalahanmu segera. 

Setelah kita meminta maaf dan mengubah perilaku, kita harus mulai berproses melalui rasa bersalah karena tindakan di masa lalu. Ambil pelajarannya dan terima bahwa sekarang kita sudah lebih baik dari sebelumnya.

Jangan terlalu memaksa orang lain harus kembali percaya 100 persen pada kita saat ini juga. Hal itu hanya akan membuat kita sakit kembali. Berikan waktu pada orang lain untuk memulihkan kepercayaannya. Yakinlah Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Cukup dekatkan saja diri kita pada Allah dan biarkan Allah yang memperbaiki hubungan kita dengan makhlukNya yang lain.

Terkadang kita harus belajar dari angin, berhembus lembut tak pernah tampak, tak tersentuh, namun kesegaran yang dibawanya tak terbantahkan, ia selalu hadir membalutkan kesejukan.

Kita bisa belajar dari rumput yang menghiasi taman, walaupun hanyalah rumput yang selalu diinjak, namun ia tak pernah mati hanya karena selalu diinjak.

Lalu, kita bisa belajar dari bebatuan hitam di bawah air terjun, yang padanya ada kekuatan besar namun tetap akan cekung jika terus saja ditimpa tetesan air. Batu sekeras itu luluh hanya karena (cinta) sang air.

Dan kita juga bisa belajar dari bulan, yang  begitu indah Allah tampakkan di atas sana. Bulan tak pernah memiliki cahaya namun dia rela menjadi pantulannya. Ikhlas menerima dan ikhlas memberi.

Sudah seharusnya kita tahu, bukan jalan yang patut disalahkan ‘mengapa ia licin?’, ‘mengapa ia penuh bebatuan?’ tapi kita sendirilah yang harus sesekali menyeka kaki dan menyiapkannya agar selalu kuat untuk menapaki jalan dalam bentuk apapun.

Sudah seharusnya kita menyadari bahwa segala takdir yang Allah berikan pada kita adalah yang terbaik. Agar kita tak menyesal telah tertawa begitu keras, telah menangis begitu hebat, telah kecewa begitu dalam, telah kebingungan begitu lama. Bahkan kita tidak seharusnya menyesal atas kebahagiaan yang diikuti dengan kesedihan, karena semuanya berputar.

Pada sejumput asa yang pernah tertinggal,

Pada setiap rasa yang berpendar,

Dan pada sebongkah kepasrahan yang mengalun..

Semoga  kita dapat memetik hikmah dari setiap pembelajaran dariNya di setiap sudut dunia yang teramat fana ini. Jangan terlalu keras menghukum diri atas kesalahan di masa lalu. Melembutlah, maafkan diri yang lemah itu dan teruslah bergerak maju, semoga Allah melihat kesungguhan dari setiap perubahan diri kita.

Wallahua'alam Bish Shawab.

Pengirim: Widya Fauzi, Penulis Tulisan Motivasi, Pengajar, Sekaligus Founder Komunitas Muslimah Menjahit dan Bandung Storytelling Club

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement