Selasa 19 Feb 2019 13:45 WIB

Secangkir Puisi

Kutambahkan sesendok cinta, sesendok rindu

Secangkir Puisi. Ilustrasi.

MEJA CATUR

Di sana kita menaruh bidak catur.

Kau hitam, aku putih, katamu.

Kita jalan bergantian.

Tak jarang berhenti sejenak untuk berpikir dan mengambil keputusan-keputusan. Perlahan, kita sadar ini bukanlah permainan belaka.

Pusing kepalaku, keluhmu.

Tanpa kau tahu, aku pun merasa begitu.

Tapi semua tetap kita jalani.

Sampai akhir sang raja disekak mati.

-- KS, 24 April 2018

MENGISI KEKOSONGAN

Aku hanya ingin mengisi kekosongan misal, tadinya pukosong jadi puisi.

-- Jakarta, 2018

MENGEJAR RINDU

Aksaraku berkeringat kata-kataku ngos-ngosan menyampaikannya adakah pekerjaan paling puitis selain berlari mengejar-ngejar rindu?

-- 2018

NARASI KEHIDUPAN

Kau dan aku kini berjalin kelindan

dari kata-kata menjadi kalimat utuh

yang padu begitu efektif mengurai makna

menghabiskan malam menjadi predikat

dan keterangan waktu yang jamak di kehidupan kita

menjadi keterangan tempat terindah

semua menjadi narasi yang kita ceritakan

lewat bait-bait puisi.

-- Cisarua, Desember 2018

TERPINGKAL

Kau terbahak

aku tergelak

kata-kata kita begitu tawa

kata-kata kita sunyi yang bersuara

kau dan aku terpingkal

di mana rindu berpangkal, tanyamu

aku pun terdiam mencari jawabannya

mungkin di doa-doa yang sama-sama kita lafal, jawabku.

-- 2018

 

TENTANG PENULIS

AHMAD SOLEH lahir di Cirebon 24 Februari 1991. Penyelaras bahasa. Gemar menulis esai dan puisi. Karya yang sudah diterbitkan, antologi puisi Hujan Ibu Kota (Penerbit WR, 2018), antologi cerpen Sekripsi (Paedea, 2017), dan kumpulan puisi Untuk Mak Eha (Penerbit Camar, 2015). Instagram: @sholeh_fajrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement