MEJA CATUR
Di sana kita menaruh bidak catur.
Kau hitam, aku putih, katamu.
Kita jalan bergantian.
Tak jarang berhenti sejenak untuk berpikir dan mengambil keputusan-keputusan. Perlahan, kita sadar ini bukanlah permainan belaka.
Pusing kepalaku, keluhmu.
Tanpa kau tahu, aku pun merasa begitu.
Tapi semua tetap kita jalani.
Sampai akhir sang raja disekak mati.
-- KS, 24 April 2018
MENGISI KEKOSONGAN
Aku hanya ingin mengisi kekosongan misal, tadinya pukosong jadi puisi.
-- Jakarta, 2018
MENGEJAR RINDU
Aksaraku berkeringat kata-kataku ngos-ngosan menyampaikannya adakah pekerjaan paling puitis selain berlari mengejar-ngejar rindu?
-- 2018
NARASI KEHIDUPAN
Kau dan aku kini berjalin kelindan
dari kata-kata menjadi kalimat utuh
yang padu begitu efektif mengurai makna
menghabiskan malam menjadi predikat
dan keterangan waktu yang jamak di kehidupan kita
menjadi keterangan tempat terindah
semua menjadi narasi yang kita ceritakan
lewat bait-bait puisi.
-- Cisarua, Desember 2018
TERPINGKAL
Kau terbahak
aku tergelak
kata-kata kita begitu tawa
kata-kata kita sunyi yang bersuara
kau dan aku terpingkal
di mana rindu berpangkal, tanyamu
aku pun terdiam mencari jawabannya
mungkin di doa-doa yang sama-sama kita lafal, jawabku.
-- 2018
TENTANG PENULIS
AHMAD SOLEH lahir di Cirebon 24 Februari 1991. Penyelaras bahasa. Gemar menulis esai dan puisi. Karya yang sudah diterbitkan, antologi puisi Hujan Ibu Kota (Penerbit WR, 2018), antologi cerpen Sekripsi (Paedea, 2017), dan kumpulan puisi Untuk Mak Eha (Penerbit Camar, 2015). Instagram: @sholeh_fajrul.