Ahad 24 Mar 2019 14:39 WIB

Lelaki yang Lebih Mencintai Kalena

Saya tidak pantas merasa kehilangan sesuatu yang bukan milik saya sendiri

Lelaki yang Lebih Mencintai Kelana
Foto: Republika/Rendra Purnama
Lelaki yang Lebih Mencintai Kelana

“Oh iya Ustaz, ini saya bawakan buletin dakwah. Materinya bagus, Tolak Pemimpin Kafir.”

Ustaz Jamal membacanya sesaat lantas seperti teringat sesuatu. Ia kemudian masuk ke kamarnya dan keluar dengan menyodorkan sebuah undangan kepada Amzani.

“Datangnya ya, Nak Amzani! Hari jumat depan bapak akan menikahkan putri kami, Kalena dengan Fatih anaknya Ustaz Halim dari Cirebon.”

Amzani tersentak, tetapi buru-buru ia menata perasaannya yang tiba-tiba berantakan.

“Menikah, Ustaz?” tanya Amzani meyakinkan.

Ustaz Jamal memandangnya, “Nak Amzani bisa datang, kan?”

Belum sepotong pun kata Amzani menjawab, Ustaz Jamal berkata, “Bapak minta nanti Nak Amzani yang membaca qurannya.”

Amzani dengan lemah menjawab, “Insya Allah, Ustaz, saya datang.”

Lalu dengan menandaskan secangkir kopi yang masih tersisa, Amzani minta diri pada Ustaz Jamal. Kopi yang semula terasa manis kini berubah pahit di lidahnya.

***

Suara alunan ayat suci yang dibacakan Amzani terdengar menyayat hati bagi siapa pun yang menyaksikan akad nikah Fatih dan Kalena. Dada Amzani sesak tertusuk-tusuk perasaannya sendiri. Di pelupuk matanya mengumpul air mata yang susah payah ia tahan-tahan, tetapi tak tertahan juga. Lewat Ustaz Jamal, Amzani mempersembahkan sebuah kado pernikahan yang dibungkus kertas berwarna biru. Bentuknya menyerupai buku tebal.

Ijab kabul berlangsung khidmat. Semua orang ikut dalam kebahagiaan sepasang pengantin yang baru saja dihalalkan pergaulannya. Tak seorang pun memahami perasaan Amzani. Tetapi sepasang mata tak henti-hentinya memperhatikan Amzani yang sedang dilamun sedih, sepasang mata itu adalah milik Ustaz Jamal.

Di kamar pengantin yang mahligainya bertabur bunga melati, Kalena dan Fatih mulai membuka souvenir dari tamu undangan yang hadir di walimatul ursy-nya. Ketika membuka sebuah kado yang dibungkus kertas warna biru, Kalena tertegun. Sebuah buku berjudul Kado Pernikahan. Di dalamnya ada sebuah kertas kecil menyerupai memo.

Semoga kau hidup berbahagia dengan lelaki yang lebih mencintaimu

Dari: Amzani

Sejak menikah dengan Fatih, Kalena tinggal di Cirebon. Amzani seperti biasa pula, setiap pekan bertamu ke rumah Ustaz Jamal untuk silaturahim, berbicara tentang agama, berdiskusi dan memberikan buletin dakwah. Setiap kali itu pula mata Amzani memandang foto Kalena dengan perasaan seperti menanggung kerinduan yang tak terkatakan.

Ustaz Jamal sering memperhatikan Amzani ketika memandang foto Kalena. Sering pula ketika berbincang Amzani tergagap karena sering perhatiannya tertuju pada foto Kalena. Kepada istrinya yang sering dipanggil umi Maysun, Ustaz Jamal menceritakan tentang Amzani. Umi Maysun hanya tersenyum-senyum.

“Sayang ya Abi, Kalena lebih dulu mengenal Fatih, teman kuliahnya itu daripada Amzani.”

Pada saat itu terdengar ringtone panggilan dari telepon seluler milik Ustaz Jamal. Ustaz Jamal mengangkat telepon.

“Besan kita Umi, Haji Jufri,” jawab ustaz Jamal berbinar.

“Halo, assalamualaikum. Apa? Fatih?”

“Ada apa, Abi?” tanya Umi Maysun penasaran bercampur cemas.

“Fatih kecelakaan!”

“Rumah Sakit Pertamina Klayan?” Ustaz Jamal lemas mengucapkan kalimat tarji sedang Umi Maysun terisak-isak mendengar menantunya kecelakaan dan meninggal dalam keadaan mabuk.

***

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement