Jumat 08 Feb 2019 08:57 WIB

Satu yang Hilang

Induk burung mengadu kepada Raja Sulaiman bahwa anaknya diambil manusia.

Satu yang Hilang
Foto:

Malam harinya laki-laki itu menceritakan kedatangan Raja Sulaiman yang meminta dirinya untuk tidak mengambil anak burung. Akan tetapi, istrinya tak terima. Dia tetap menyuruh suaminya untuk mengambil anakku. Laki-laki itu pun menurutinya. Dia tak dapat menolak permintaan istri yang dicintainya.

Pergilah laki-laki itu mendekati pohon yang rimbun. Saat itu aku tak ada. Aku sedang pergi mencari makanan untuk anak-anakku. Pikirku tenang karena Raja Sulaiman menjamin anakku akan aman-aman saja. Saat itu aku juga tak berpikir yang lain. Yang aku pikirkan adalah bagaimana bisa mencari makanan untuk kuberikan pada anak-anakku.

Setelah mendapat cukup makanan, aku kembali. Aku mendengar suara riuh dan tangis anak-anakku. Segera kudekati mereka. Aku berpikir mungkin mereka sudah terlalu lama menunggu untuk mendapatkan makanan. Akan tetapi, tak kudapati satu anakku.

Ternyata, suara gaduh itu karena anakku kehilangan saudaranya. Mereka mengadu bahwa saudara mereka diambil oleh laki-laki kemarin. Tanpa kompromi, segera kutemui Raja Sulaiman dan mengadukan masalahku padanya.

"Wahai Raja Sulaiman, bagaimana ini? Kau bilang kalau manusia itu tidak akan mengganggu dan mengambil anakku. Nyatanya hari ini dia mengambilnya kembali."

"Iya, memang benar. Kemarin aku sudah bertemu orang itu. Dia bilang tidak akan mengambilnya."

"Iya, aku percaya kepadamu Raja Sulaiman. Namun, aku tak percaya dengan manusia. Nyatanya mereka mengingkari kata-katanya."

"Baiklah. Sekarang tenangkan dirimu. Aku akan mencari cara supaya manusia itu jera dan tak akan mengambil anakmu."

Aku pulang dengan perasaan sedikit lebih lega. Raja Sulaiman sedang berpikir mencari cara supaya laki-laki itu tak bisa mengambil anak burung. Dalam waktu yang bersamaan, para binatang lain juga mengadukan masalahnya kepada Raja Sulaiman.

Rata-rata mereka mengadu bahwa mereka kehilangan anak dan saudaranya karena perbuatan manusia yang sewenang-wenang. Apakah ini yang dinamakan keadilan? Bagaimana mungkin manusia bisa berbuat semaunya, sedangkan kita selalu menjadi korban dari keserakahannya. Kalau begini, kepada siapa lagi aku harus mengadu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement