Menjelang Subuh, warga yang berada di rumah atau berkumpul di mushala masih sibuk melakukan ritual ibadah. Baik mengaji, shalat sunah, atau berzikir. Shalat Subuh di mushala penuh sesak sehingga jamaah sampai luber sampai ke luar mushala.
Herannya, pada Subuh kali ini Haji Markum pulang lebih awal dari biasanya. Mungkin Haji Markum lagi ada acara?
"Masak sih, mau kiamat kayak gini masih saja ada acara?"
"Biasanya Haji Markum zikirnya lama lho!"
"Mungkin beliau mau menunggu datangnya kiamat sendirian?" Semua terdiam. Lalu semua warga buru-buru mengaji atau berzikir. Satu dua anak muda keluar dan mereka menanti datangnya fajar. Jamaah lain yang melihatnya keheranan.
"Elo ngeliat apaan, Mursin? Saya lagi ngeliat ke arah matahari, Bang. Katanya kalau kiamat matahari datang dari sebelah barat?"
"Waduh! Ya coba, elo liat aja terus ke kulon, ke barat!"
"Belum kelihatan, bang!"
"Biasanya jam segini matahari udah nongol dari sebelah wetan atawa dari timur?"
"Enggak tahu nih jangan-jangan memang bener-bener muncul dari sebelah barat Astaghfirullah Ya Allah Ya Rabbi Allahu Akbar!!"
Semua ketakutan. Mereka terus memandangi langit sambil menunggu kedatangan matahari dari sebelah barat. Sampai waktu menunjukkan pukul enam pagi lewat, matahari belum juga muncul, baik dari sebelah barat maupun timur. " Jangan-jangan matahari enggak muncul?"
"Bagaimana matahari mau muncul, kan ini lagi mendung begini?"
Semua terdiam lagi. Lalu kembali menunggu. Keadaan makin mencekam. Tak ada aktivitas pagi itu. Semua warga berlomba-lomba untuk beribadah. Namun, beberapa waktu kemudian, seorang warga berteriak-teriak bahwa kiamat sudah datang!
"Kiamat datang, mengapa kita masih baik-baik saja!"
"Kiamat datang ke rumah Haji Markum!"
Semua tersentak. Semua bingung dan saling tatap. Mana mungkin hari akhir hanya datang ke rumah Haji Markum? Ayo kita ke sana!!
Lalu semua warga bergegas ke rumah Haji Markum. Haji Markum kaget melihat warga berbondong-bondong ke rumahnya. Lelaki tua yang duduk di dekatnya tampak tenang, tapi tak bisa menyembunyikan keheranannya melihat banyak sekali warga yang datang.
"Ada apa, ini? tanya Haji Markum kepada warga."
"Pak Haji gimana, sih? Kata Pak Haji hari ini kiamat datang? Mana? Kami sudah menunggunya dari kemarin lusa!"
Haji Markum pun berubah tersenyum, lalu dia memberikan isyarat kepada lelaki di sebelahnya. Lelaki ini mungkin umurnya lebih tua dari Haji Markum. Beliau mengenakan baju koko putih dan berpeci.
"Saudara-saudara sekalian perkenalkan ini Ki Amat!! Ki Amat itu ustaz saya waktu di pesantren!"
Semua warga terbelalak. "Oh jadi yang datang itu Ki Amat??!"
"Ya, Ki Amat! Nama panjangnya Ustaz Ahmad Fahroji, tapi kami memanggilnya dengan sebutan Ki Amat."
Semua warga langsung lemas. Mereka mengira yang datang itu kiamat alias hari akhir. Ternyata yang datang Ki Amat, Ustaznya Haji Markum.
Siangnya, setelah Ki Amat pamit, Haji Markum mengajak tetangganya ke mushala karena waktu Zhuhur akan segera tiba. Namun, tetangganya bilang, dia lagi sibuk berkebun. Haji Markum ke mushala sendirian, berharap nanti akan shalat ber jamaah bersama dengan warga lainnya se perti biasa.
Sepanjang jalan, Haji Markum dikejutkan dengan aktivitas warga yang sudah berubah dari hari kemarin. Meskipun waktu shalat Zhuhur sebentar lagi datang, masih banyak warga yang nongkrong di warung, main kartu di pos ronda, asyik nonton TV atau main HP, bahkan yang sedang menyabung ayam. Yang main HP langsung bikin status, Kiamat ternyata hoax.
Setibanya di mushala, Haji Markum bertambah terkejut. Karena mushala kosong. Haji Markum pun menabuh beduk sendiri, azan sendiri, lalu shalat sendiri.
Tangerang Selatan, 2019
TENTANG PENULIS
ZAENAL RADAR T. Menulis cerita untuk media cetak dan elektronik. Buku terbarunya yang telah terbit; Si Markum (Penerbit Alvabet 2017)