Kamis 07 Feb 2019 10:20 WIB

Menunggu Kiamat Datang

Warga jadi rajin beribadah setelah Haji Markum menyebut kiamat datang hari Jumat.

Menanti Kiamat Datang
Foto: Rendra Purnama/Republika
Menanti Kiamat Datang

REPUBLIKA.CO.ID, Cerpen Oleh: Zainal Radar T

Haji Markum, seorang tokoh terpandang di kampung kami, bercerita kepada tetangganya bahwa sebentar lagi kiamat akan datang. Pembicaraan ini secara tak sengaja terdengar oleh satu dua warga lainnya sampai akhirnya seluruh kampung geger. Apa yang terjadi jika kiamat benar-benar datang? Pada hari itu, yakni hari kiamat, manusia bagaikan anai-anai yang bertebaran. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Demikian yang diceritakan Sobrak, saat salah seorang pemuda yang suka mabukmabukan bertanya, mengutip bunyi ayat dari surah al-Qariah. Hal itulah yang memuat warga makin ketakutan.

Apa yang dikatakan Haji Markum membuat kehidupan di kampung kami berubah 180 derajat. Mushala yang tadinya sepi kini penuh sesak oleh jamaah. Beberapa warga yang biasa main kartu di warung Mpok Yanah tidak pernah terlihat lagi. Satu dua pemuda yang suka sabung ayam juga tidak lagi melakukannya. Sebuah tempat perempuan malam memangkal sudah sepi dari pengunjungnya, karena baik si perempuan malamnya maupun si hidung belang lebih sering berada di mushala.

Warga dan anak-anak yang biasa mantengin HP buat main gim diminta meninggalkannya. Televisi pun dimatikan! Warga enggan membuang-buang waktu percuma. Mereka mengaji, beribadah sebanyak-banyaknya. Berharap di akhir hidup Allah akan menolong mereka.

Menurut kabar, kiamat akan datang dua hari lagi, yakni pada Jumat. Warga kampung kami makin tekun beribadah. Tak ada lagi terdengar suara warga menghidupkan radio atau televisi. Telepon genggam yang biasanya menempel di tangan disingkirkan.

Semua khusyuk mengaji atau melakukan ibadah, demi menyiapkan diri masingmasing karena mereka percaya setelah kiamat manusia akan dibangkitkan dan diminta pertanggungjawaban atas apa yang mereka lakukan ketika di dunia. Mulut terkunci, tangan dan anggota tubuh lainnya yang bicara.

Kabar akan datangnya hari akhir makin dipercaya karena di ujung kampung, warga menemukan ada pohon pisang bertandan dua. Pisang bertandan dua difoto lalu dibagikan di grup WA milik RW. Di-publish di medsos sehingga warga yang iseng ngintip HP-nya makin ngeri.

"Ini menambah keyakinan saya bahwa kiamat akan segera datang!"

"Bener banget, Pak! Apalagi lusa itu hari Jumat. Bukankah katanya hari kiamat itu terjadi pada hari Jumat?"

"Astaghfirullah.. ya sudah, saya mau ke mushala dulu!"

"Kan waktu shalat masih lama? Saya mau ngaji dulu. Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam"

Di mushala, meskipun waktu masuk shalat Zhuhur masih sekitar dua jam lagi, mushala sudah dipenuhi warga. Ada yang mengaji, ada yang shalat sunah, berzikir, atau ada juga yang tertidur karena kelelahan. Dan saat waktu shalat masuk, isi mushala langsung luber. Biasanya jamaah penuh kalau shalat Tarawih pada hari pertama bulan Ramadhan atau shalat Jumat, tetapi shalat jamaah beberapa hari ini jamaah mushala di kampung kami penuh sesak.

Haji Markum senang sekali melihat perubahan yang terjadi pada umat di kampungnya. Beliau bersyukur karena warga sudah menyadari arti pentingnya shalat berjamaah. Karena shalat berjamaah itu pahalanya lebih tinggi 27 derajat daripada shalat sendirian.

"Tapi Pak Haji, semua ini dilakukan warga karena mereka takut akan datangnya hari akhir!"

"Ya enggak apa-apa. Seharusunya mereka bukan hanya takut akan datangnya hari akhir, tetapi juga karena takwa mereka. Takwa dalam arti sebenar-benarnya, yakni mengerjakan hal-hal yang diperintah oleh Allah SWT dan meninggalkan larangannya."

"Pak Haji sendiri, apa Pak Haji enggak takut sama datangnya hari akhir?"

"Mengapa mesti takut? Hari akhir itu akan datang dan kita tidak akan mampu mengelaknya!"

Warga yang bertanya makin ketakutan dan dia langsung pamit. Mau ke mushala.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement