Sabtu 09 Feb 2019 08:09 WIB

Telepon Genggam Bu Guru Aisyah

Murid-murid heran, Bu Aisyah yang belia dan cantik tak pernah memainkan ponselnya.

Telepon Genggam Bu Guru Aisyah
Foto:

Semua teman terkejut saat mendengar informasi dari saya, sang detektif 007 KW 10. Mereka tidak menyangka apa yang terjadi terhadap Bu Aisyah dan telepon genggamnya. Jujur saja, kami semua sangat peduli dengan Bu Guru Aisyah, meskipun sebagian dari kami bete kalau beliau selalu bertanya, "Buku apa yang sudah kalian baca pekan ini?" Ini mengingatkan saya pada Bu Elliza, yang sepekan bisa membaca satu sampai dua judul buku.

"Kita kolekan aja! Bu Aisyah itu ibu guru yang baik. Kabarnya doi bakalan gantiin jadi wali kelas kita!"

"Siap!"

Pada akhir pekan, sepulang sekolah, saya dan beberapa teman diantar Mang Markum mampir ke konter seluler dan membelikan telepon genggam baru buat Bu Aisyah. Saya yang menyerahkannya langsung kepada Bu Aisyah, setelah jam bubaran sekolah pada Senin lusa. Bu Aisyah tentu terkejut menerima hadiah sukarela dari saya dan teman-teman. Namun, dia tidak menolak pemberian ikhlas kami.

Dan pada hari selanjutnya, kami berharap Bu Aisyah tidak lagi membawa telepon genggamnya yang mati ke sekolah. Sengaja kami belikan telepon genggam mahal, biar guru bahasa Indonesia kami yang cantik dan keren itu tidak kalah dengan guru-guru lain.

Kami juga ingin Bu Aisyah menggunakan telepon genggamnya di luar jam pelajaran sekolah, seperti guru-guru lainnya. Namun, yang terjadi di luar perkiraan kami. Pada hari setelah menerima telepon genggam baru, Bu Aisyah ke sekolah dengan telepon genggamnya yang lama, telepon genggam yang mati dan tidak bisa dipakai menelepon itu.

Saya langsung bergegas ke rumah Bu Aisyah. Tanpa sepengetahuannya, saya tanyai adik-adik Bu Aisyah, kenapa Bu Aisyah tidak mau menggunakan telepon genggam barunya itu.

"Sejak ibu meninggal dunia, selama ini Kak Aisyah yang menghidupi kami. Kakak menjual hape baru itu untuk membayar utang. Kata Kakak, sebentar lagi utang kami lunas. Dan kami akan pindah dari tempat ini," ujar si kecil, adik Bu Aisyah yang diam-diam saya tanyai.

Saya tidak mampu berkata-kata. Saya bangga dengan kemandirian dan tanggung jawab Bu Guru Aisyah. Untuk sementara ini, barangkali dia memang belum membutuhkan telepon genggam untuk digunakan berkomunikasi.

-- Tangerang Selatan, 2018

TENTANG PENULIS

ZAENAL RADAR T, selain menulis novel dan skenario TV, sesekali dia menulis cerpen untuk sejumlah media yang terbit di Jakarta. Buku kumpulan ceritanya yang telah terbit: Si Markum (Penerbit Alvabet, 2017). Blog: toekangketik.blogspot.com.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement