Sabtu 09 Feb 2019 08:09 WIB

Telepon Genggam Bu Guru Aisyah

Murid-murid heran, Bu Aisyah yang belia dan cantik tak pernah memainkan ponselnya.

Telepon Genggam Bu Guru Aisyah
Foto: Rendra Purnama/Republika
Telepon Genggam Bu Guru Aisyah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaenal Radar T

Tidak biasanya guru baru kami, Bu Aisyah, yang terkenal cantik dan baik, kini membawa telepon genggam ke dalam kelas. Ponsel beliau letakkan begitu saja di atas meja saat hendak mengisi pelajaran.

Seingat saya, sejak itu, telepon genggam Bu Aisyah tidak pernah terdengar berdering, bergetar, atau bersuara barang sekejap. Barangkali karena setiap kali Bu Aisyah mau masuk kelas telepon genggam itu sudah dimatikan lebih dulu. Atau dia menyetelnya dengan tanda diam.

Saya terkejut saat pertama kali mengajar di kelas. Bu Aisyah masih sangat belia. Dia guru termuda di sekolah kami.

Teman-teman dekat saya tak kalah herannya. Yang membuat kami semakin heran, Bu Aisyah sangat mirip dengan Bu Elliza, guru agama di sekolah kami yang sekarang pindah sekolah ke London.

"Subhanallah, Rama. Bu Aisyah udah kayak kembarannya Bu Elliza."

"Iya bener, tapi coba perhatiin. Bu Aisyah kok gak pernah kita lihat dia lagi nelepon seseorang, ya?"

Apa yang dikatakan salah satu teman saya benar. Seperti yang saya bilang tadi, kalau saya perhatikan, sejak membawa telepon genggam ke sekolah, Bu Aisyah memang tidak pernah terlihat menggunakan telepon genggamnya. Baik di ruang guru maupun di luar kelas.

Saya juga tidak pernah melihat Bu Aisyah menggunakan telepon genggamnya di tempat lain, tidak seperti guru-guru kebanyakan. Sebab tidak jarang saya melihat bapak atau ibu guru sedang menelepon dengan telepon genggam mereka di lingkungan sekolah.

Saya sering melihat kepala sekolah sedang menelepon dengan ponselnya di dalam kantor, atau Pak Markum, guru kesenian, yang kerap menggunakan telepon genggam saat berada di ruangan guru. Saya jadi penasaran dengan Bu Aisyah, kenapa tidak pernah terlihat sedang menelepon atau menerima panggilan telepon genggamnya.

"Jangan-jangan Bu Aisyah malu terlihat sama murid-muridnya kalau dia lagi nelepon di dalam kelas?"

"Atau karena Bu Aisyah guru yang paling beretika. Dia hanya mau menggunakan telepon genggamnya di luar sekolah?"

"Tapi kenapa guru-guru lain melakukannya? Bener gak? Not bad-lah nelepon atau menerima panggilan telepon di tempat yang semestinya, bukan dalam jam pelajaran di dalam kelas."

Anak-anak saling membicarakan perihal Bu Aisyah dan telepon genggamnya. Saya penasaran dan diam-diam menyelidiki Bu Aisyah.

Saya ikuti dia saat jam pelajaran usai, dan saya melihat dia menggenggam telepon genggamnya memasuki ruangan guru. Setiba di depan ruang guru, telepon genggam itu tidak dia gunakan, tetapi dimasukkan ke dalam tasnya. Saya masuk dengan berpura-pura menemui guru bahasa Inggris yang kemarin ada janji bertemu.

Ternyata guru bahasa Inggris saya sedang tidak ada di tempat. Dengan begitu, perhatian saya beralih pada Ibu Guru Aisyah. Saya menunggu lama di salah satu sudut, sambil melihat-lihat ke sekeliling ruangan dan menemukan guru-guru lain menelepon seseorang dengan telepon genggam masing-masing.

Saya perhatikan Bu Aisyah duduk dan seolah tidak peduli dengan keadaan sekeliling ruangan guru, di mana beberapa bapak dan ibu guru lain sibuk dengan gawai masing-masing. Bu Aisyah malah mengambil sebuah buku dan membolak-baliknya.

Telepon genggam di dalam tasnya tidak dia lihat, apalagi digunakan. Hal ini mengingatkan saya pada Bu Elliza. Kenapa Bu Aisyah mirip sekali dengan Bu Elliza. Sama seperti Bu Aisyah, Bu Elliza juga jarang menggunakan telepon genggam. Dia lebih banyak membaca buku.

Dan Bu Elliza tidak pernah peduli dengan semua orang yang asyik dengan gawai masing-masing, sementara dia terlena dengan buku yang dibacanya. Terutama buku-buku sejarah nabawiyah.

Saya terkejut saat salah satu guru menegur saya dan bersamaan itu Bu Aisyah menoleh ke arah saya. Saya keluar dari ruangan guru sebelum ada yang mencurigai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement