Jumat 12 Jul 2019 15:16 WIB

Mirisnya Eksploitasi Terhadap Perempuan

Eksploitasi terhadap perempuan bisa memengaruhi masa depan suatu bangsa.

Aktivis dari Migrant Care menggelar aksi memperingati Hari Buruh Migran Internasional saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (18/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Aktivis dari Migrant Care menggelar aksi memperingati Hari Buruh Migran Internasional saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (18/12).

Dua puluh sembilan perempuan warga negara Indonesia dinikahkan dengan orang China namun dipaksa bekerja tanpa upah. Dikutip dari VoaIndonesia, Mereka diduga menjadi korban perdagangan orang yang melibatkan sindikat China dan Indonesia. (Voaindonesia)

Itu lah salah satu kisah miris yang dialami kaum perempuan , bagaimana mereka sering menjadi incaran tindak kekerasan dan bahkan menjadi bahan eksploitasi hanya untuk memperoleh keuntungan materi oleh sebagian orang. Sebegitu rendahnyakah seorang perempuan? Bukankah dari rahimnya yang mulia itulah lahir generasi-generasi harapan?.

Ya, perempuan memiliki peran yang luar biasa dalam kehidupan. Akan tetapi, semakin kesini banyak perempuan yang justru hanya dimanfaatkan dan di jadikan korban.

Banyak sekali berita-berita yang menyuguhkan mirisnya nasib kaum hawa ini. Mereka yang menjadi korban KDRT, mereka yang menjadi korban pembunuhan dan kekerasan seksual dan bahkan mereka yang harus bernasib tragis di negeri orang.

Karena sistem inilah, bagaimana kaum perempuan dengan terus-menerus di ekploitasi, bahkan diperdagangkan layaknya barang. Kesetaraan gender yang di gadang-gadang ternyata tak sesuai harapan, karena pada faktanya justru menambah miris nasib perempuan. 

Remaja putri pun harus mendapat pengawasan sejak dini, sebelum kemudian iming-iming materi menipu mereka seperti Kasus diatas dan menjadikan mereka sebagai korban para pencari keuntungan. Di bidang iklan pun tak sedikit mereka yang harus di ekspolitasi bentuk fisiknya,begitu pun juga dengan film tak sedikit dari mereka yang harus tampil vulgar demi karier sukses dan atas nama keseteraan gender. Perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anak nya kelak ketika menjadi seorang ibu, nasib generasi masa depan bermula darinya.

Jika begitu memprihatinkan nasibnya, maka bagaimana bisa kita mengharap generasi unggul darinya? 

Dalam Islam perempuan haruslah didik dan terbekali penuh dengan nilai-nilai agama serta pengetahuan, karena dari mereka lah lahir generasi-generasi yang menjadi harapan bangsa. Wanita adalah perhiasan berharga, Islam pun dengan sangat mulia menjaganya.

Dalam Islam pula, perempuan akan mendapat jaminan keamanan dan terbebas dari eksploitasi para pemilik modal yang terus mengincar mereka. Sehingga mereka mampu dengan penuh menjalankan perannya sebagai ibu pendidik para generasi unggul yang sholih dan dapat menjadi harapan demi kemajuan peradaban.

Pengirim: Yuli Saputri, Muslimah Wonogiri

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement