Senin 08 Jul 2019 11:31 WIB

Pelajar Bandung Buat Alat Penjernih Air dari Biji Kelor

Alat penjernih Pavitra mendapat pendanaan Prestasi Junior Indonesia dan Citibank.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
Penyaluran bantuan air bersih yang disampaikan ACT-MRI DIY kepada  masyarakat di Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul,  DIY, Jumat (5/7).
Foto: dok. ACT
Penyaluran bantuan air bersih yang disampaikan ACT-MRI DIY kepada masyarakat di Desa Jurangjero, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Jumat (5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kesulitan air bersih menjadi salah satu permasalahan di kota-kota besar. Sumber air bersih yang dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari kerap tercemar. 

Berangkat dari banyaknya keluhan masyarakat akan hal itu, terbesit inovasi membuat alat untuk menjernihkan air di lingkungan rumah. Tanpa zat kimia berbahaya, alat sederhana menjernihkan air berhasil diciptakan sejumlah siswa dari  SMAN 11 Bandung.

Pavitra, nama produk inovasi para pelajar ini berbahan alami yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Memanfaatkan biji kelor, Pavitra dapat menjernihkan air yang kemudian bisa digunakan untuk kebutuann sehari-hari masyarakat seperti mandi dan mencuci.

Tergabung dalam Student Company (SC) Elecra, pelajar SMAN 11 Bandung membuat produk usaha berbahan herbal untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat. Berbentuk serbuk dari biji kelor yang ditumbuk dan dicampur karbon aktif, bubuk Pavitra ini bisa langsung dicampur pada air yang ingin dijernihkan.

"Kita memikirkan gimana cara menjernihkan air tapi dengan bahan alami yang nggak berbahaya," kata perwakilan SC Elecra, Marsa Attaqiya saat memamerkan produknya dalam ajang kompetisi Youth Sociopreneur Initiative Prestasi Junior Indonesia di Braga, Kota Bandung baru-baru ini.

Pavitra yang berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti murni memanfaatkan minyak dari biji kelor yang sudah ditumbuk. Setelah dituang pada tampungan air, maka kotoran akan mengendap dan membuat air menjadi jernih.

Produk ini berhasil dibuat setelah melalui proses riset selama beberapa bulan. Dikemas dalam bentuk kantung teh (teabag), Pavitra diklaim menjadi produk yang ramah lingkungan.

"Kami buat dalam kemasan tea bag yang ramah lingkungan. Satu tea bag bisa untuk lima liter air. Satu bungkus dijual 15 ribu rupiah isinya dua," ucap Marsa.

Guru Prakarya dan Kewirusahaan SMAN 11 Bandung yang juga pembimbing SC Elecra, Dedi Sunaryo menambahkan produk siswanua sudah diuji oleh LIPI. Hasilnya Pavitra aman digunakan oleh masyarakat.

"Sampai sekarang kita belum menemukan pembersih air yang sifatnya herbal. Ini sudah diteliti oleh LIPI walaupun belum sempurna 100 persen masih ada penyempurnaan, tapi ini sudah aman digunakan," tutur Dedi.

Ke depannya ia mengaku akan berkolaborasi lagi dengan LIPI untuk mengembangkan Pavitra. Selain itu pihaknya ingin bermitra dengan instansi seperti PDAM untuk pemasarannya.

Pengembangan wirausaha siswa ini me dapat dukungan dari citibank dan Prestasi Junior Indonesia. Co-Founder and Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia Robert Gardiner menyampaikan kegiatan ini merupakan bagian dari program edukasi ‘Youth Sociopreneurship Initiative’.

Melalui program ini, para pelajar dibina untuk mendirikan dan mengoperasikan sebuah perusahaan (SC-Student Company) di sekolah. Mulai dari menciptakan ide produk, merencanakan strategi bisnis, melakukan penjualan produk, hingga likuidasi perusahaan. 

Robert mengatakan memberikan pemahaman seputar wirausaha menjadi pemantik ketertarikan para pelajar untuk berwirausaha. Pelatihan dan pendalaman menjadi bekal bagi mereka berinovasi dan berbisnis sejak dini.

Menurutnya, menanamkan minat dan pengetahuan bisnis sejak belia menjadi sangat penting. Sehingga ke depannya mereka bisa percaya diri dan siap terjun ke dunia bisnis yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement