Selasa 09 Jul 2019 17:21 WIB

Resah Atas Pendidikan Madrasah

Jeratan utang membuat kebijakan ekonomi Indonesia disetir Bank Dunia.

Seratusan lebih santri kelas 9 Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan kelas 12 Madrasah Aliyah (MA) di Pondok Pesantren Tahfiz Misbahunnur di Kabupaten Bandung Barat menggelar Sema'an Al-quran dalam rangka menyambut bulan puasa Ramadan, Sabtu (4/5). Mereka membaca Al-quran tanpa melihat kitab dengan disimak oleh orangtua dan para guru.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Seratusan lebih santri kelas 9 Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan kelas 12 Madrasah Aliyah (MA) di Pondok Pesantren Tahfiz Misbahunnur di Kabupaten Bandung Barat menggelar Sema'an Al-quran dalam rangka menyambut bulan puasa Ramadan, Sabtu (4/5). Mereka membaca Al-quran tanpa melihat kitab dengan disimak oleh orangtua dan para guru.

Bank dunia kucurkan dana sebesar 3,7 triliun untuk reformasi kualitas pendidikan madrasah. Pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN) ini dikeluarkan atas proyek yang diajukan Kementerian Agama (kemenag) untuk memperbaiki mutu madrasah swasta. Dari sisi tata kelola, guru, hingga kurikulum.

Peminjam dana ini sungguh tindakan yang gegabah. Kemenag harusnya belajar dari masa lalu saat negeri kita dijerat utang dari Bank Dunia.

Jeratan utang membuat kebijakan ekonomi Indonesia disetir Bank Dunia. Maka sudah dapat dipastikan, saat dana Rp 3,7 triliun cair, pendidikan madrasah diobok-obok bank dunia. Sesuai keinginan para kapitalis yang benci terhadap islam.

Madrasah yang harusnya menjadi tempat untuk membina generasi agar paham terhadap pemikiran Islam, justru jadi wadah untuk menjauhkan pemahaman islam kaffah dari para remaja. Kurikulum akan dipilah-pilah agar hilang gambaran penerapan ideologi islam dalam kehidupan. Sejarah islam akan diputar-balikan agar pupus harapan atas kejayaan peradaban islam. 

Ini bukan tuduhan, tapi kewaspadaan yang berdasar pada kebenaran hakiki. Allah memperingatkan kepada kita dalam alquran surat al baqarah ayat 120 yang artinya: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah (peradaban) mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement