Rabu 10 Jul 2019 13:04 WIB

Rektor IPB: Revolusi 4.0 Itu Persoalan Cara Berpikir

Rektor memberikan arahan kepada dosen Sekolah Vokasi IPB University.

Rektor IPB University, Dr Arif Satria
Foto: Dok IPB University
Rektor IPB University, Dr Arif Satria

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dalam rangka menyiapkan Kurikulum Pendidikan IPB University tahun 2020, Sekolah Vokasi menggelar forum Arahan Pengembangan Mata Kuliah Wajib Sekolah Vokasi IPB University, Kamis (4/7) di IPB International Convention Center, Bogor. Arahan tersebut diberikan kepada seluruh dosen yang mengajar di Sekolah Vokasi IPB University.

“Dalam rangka untuk menerjemahkan kurikulum IPB 2020, maka kami ingin merestrukturisasi dan merevisi substansi tiga mata kuliah wajib di Sekolah Vokasi, yaitu Aplikasi Komputer, Pengantar Agroindustri, dan Entrepreneurship,” ungkap Dekan Sekolah Vokasi IPB University, Dr Ir  Arief Daryanto MEc melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (8/7).

Dr  Arief Daryanto berharap dengan merestrukturisasi dan merevisi substansi mata kuliah tersebut, dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan industri 4.0. 

Rektor IPB University, Dr  Arif Satria dalam arahannya menjelaskan tentang upaya IPB  University menyelaraskan substansi perkuliahan supaya dapat mendukung visi IPB University. “Kita perlu menerjemahkan visi IPB University ini ke dalam sesuatu yang sifatnya lebih detail, baik itu ke dalam institusi, perkuliahan, kurikulum, maupun penelitian,” ungkap Dr Arif.

Ia menjelaskan, penerjemahan visi besar IPB University sangat perlu dilakukan sebagai upaya  menyambut perkembangan teknologi dan industri 4.0. 

Saat ini, lanjutnya, revolusi industri 4.0 tidak hanya berbicara teknologi 4.0 yang terdiri dari drone, blockchain, artificial intelligent, maupun internet of things, tetapi revolusi 4.0 itu persoalan mindset, persoalan perubahan cara berpikir, cara bersikap, termasuk leadership

Lebih lanjut, Arif mengatakan, revolusi industri 4.0 ternyata berdampak terhadap revolusi ekonomi. Saat ini revolusi ekonomi sudah mencapai super information society 5.0.

“Oleh sebab itu, materi perkuliahan yang diberikan kepada mahasiswa seharusnya sudah memiliki muatan-muatan terbaru. Jadi kita harus meng-update perkembangan perkuliahan. Apalagi yang berbau ekonomi dan teknologi, itu harus up to date dengan perkembangan sekarang,” ujar  Arif.

Dengan disesuaikannya materi perkuliahan dengan perkembangan teknologi dan industri saat ini, Arif berharap dapat tercipta suasana industri di Sekolah Vokasi IPB University. Menurutnya, sekolah vokasi di-set-up untuk bisa beradaptasi terhadap perkembangan skill dan perkembangan lapangan kerja yang begitu dinamis.

Di sisi lain, Arif menerangkan saat ini individu sudah berubah mengikuti perkembangan teknologi, tetapi perubahan individu ini belum dibarengi dengan perubahan di tingkat institusi. “Hidup kita berubah, perilaku kita sudah berubah, gaya hidup sudah berubah, tetapi perubahan ini belum mampu terjadi di tingkat institusi. Oleh karena itu, mau tidak mau, kita harus berubah,” tambahnya. 

Sejauh ini, untuk mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi, IPB University telah berusaha menghasilkan inovasi-inovasi yang berbasiskan teknologi seperti detektor kemanisan buah, trexfish, smart coastal management, fire risk system, biofuel 4.0, smart agrologistic, smart aquaculture, fastrex, dan smart robotic.

“Sebenarnya IPB sudah siap, tapi kalau kita tidak bisa lari cepat, maka akan ketinggalan dari yang lain,” pungkas Dr  Arif Satria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement