Jumat 05 Jul 2019 14:28 WIB

Bioplastik Ramah Lingkungan dari Limbah Eceng Gondok

Eceng gondok mengandung selulosa dengan kadar yang tinggi,

Tim mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) telah berhasil membuat bioplastik dari limbah eceng gondok.
Foto: dok. UNS
Tim mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) telah berhasil membuat bioplastik dari limbah eceng gondok.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) yang diselenggarakan oleh Kemeristek DIKTI, tim mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) telah berhasil membuat bioplastik dari limbah eceng gondok. Tim tersebut adalah mahasiswa gabungan dari fakultas MIPA dan Kedokteran, diketuai Jeesica Hermayanti Pratama (S1 Kimia), dengan anggota Rizka Lailatul Rohmah (D4 K3), dan Amalia (S1 Kimia) berhasil menciptakan inovasi. Produk bioplastik tersebut dinamai dengan singkatan B-CAN (Bioplastics Based on Cellulose Acetate Nanofiber). 

Isu global terkait dampak penggunaan plastik dan kurangnya pemanfaatan limbah eceng gondok menjadi latar belakang mahasiswa UNS melakukan inovasi pembuatan bioplastik.B-CAN ini. Hal ini terkait dengan ditemukannya baru-baru ini sampah plastik di perairan Indonesia yang tidak hancur meskipun sudah berusia 19 tahun. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah plastik di Indonesia dalam kurun waktu satu tahun mencapai angka 10,95 juta lembar. 

B-CAN merupakan produk bioplastik temuan mahasiswa UNS yang ramah lingkungan dan memiliki biaya yang terjangkau, dengan bahan campuran selulosa eceng gondok, pati, kitosan, dan gliserol. Setelah melakukan penelitian selama beberapa waktu, akhirnya tim peneliti UNS berhasil menemukan formula yang sesuai dalam pembuatan B-CAN. Sifat fisik produk B-CAN yang dihasilkan, berwarna bening, lentur, dan mudah terurai di lingkungan.

Dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/7), alasan mahasiswa UNS ini menggunakan limbah eceng gondok karena rendahnya pemanfaatan limbah oleh masyarakat. Selain itu, sering dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.

Padahal, eceng gondok mengandung selulosa dengan kadar yang tinggi, mencapai 50 persen. Selulosa dari tumbuhan eceng gondok inilah yang nantinya akan dimanfaatkan oleh tim peneliti UNS sebagai bahan campuran dalam bioplastik.

Hasil dari penelitian ini telah didaftarkan sebagai hak cipta dan paten. Lebih lanjut, hasilnya juga akan didesiminasikan dalam pertemuan ilmiah internasional 14thJoint Conference on Chemistry 2019 yang akan diselenggrakan September nanti di Solo, Jawa Tengah. Melalui inovasi B-CAN ini, harapannya mampu menjadi inovasi dalam produksi bioplastik serta mengurangi permasalahan plastik dan limbah eceng gondok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement