Rabu 03 Jul 2019 17:20 WIB

Mahasiswa UNY Kembangkan Alat Deteksi Dini Tsunami

Alat itu memiliki pengeras suara tempat ibadah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
 Automatic Tsunami Early Warning System tersinkronisasi BMKG yang dikembangkan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.
Foto: Dokumen.
Automatic Tsunami Early Warning System tersinkronisasi BMKG yang dikembangkan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,

SLEMAN -- Indonesia yang dikelilingi tiga lempeng utama Eurasia, Indoaustralia, dan Pasifik memiliki potensi gempa hingga tsunami yang tinggi. Apalagi, dilewati barisan gunung api yang aktif.

Bila bencana terjadi masyarakat harus secepatnya diselamatkan. Padahal, antara kejadian gempa dengan tsunami hanya ada waktu yang sebentar, sehingga perlu alat deteksi dini tsunami.

Untuk itu, sejumlah mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang Automatic Tsunami Early Warning System tersinkronisasi BMKG.

Alat itu memiliki pengeras suara tempat ibadah, sehingga dapat meminimalisir korban akibat bencana tsunami. Ada Riza Atika, Anung Endra Raditya, dan Rohsan Nur Marjianto.

Riza mengatakan, mereka merancang alat peringatan dini tsunami dengan cara mengunduh data dari alamat web resmi milik BMKG. Itu jadi data mentah informasi valid dengan mini PC lalu diolah.

"Bila data lokasi sesuai dengan lokasi yang akan terdampak tsunami, maka data dikirim lewat sms, data kemudian diterima dan pengeras suara tempat ibadah berbunyi," kata Riza.

Anung menuturkan, alat ini dibuat agar mempercepat penyampaian peringatan adanya tsunami. Sebab, penyampaian informasi tsunami selama ini harus lewati banyak intansi terkait untuk dinyalakan.

Tapi, dengan harga yang relatif murah, alat ini dapat dijangkau berbagai segmen masyarakat agar meminimalisir korban tsunami. Ada alat tersendiri pemilihan pengeras suara di tempat ibadah.

"Pengeras suara tempat ibadah tidak hanya ada di pinggir pantai, tapi di tiap-tiap tempat, sehingga tempat ibadah menjadi objek yang dekat dan di tengah-tengah masyarakat umum," ujar Anung.

Rohsan menerangkan, pembuatannya perlu multimeter, tool set, dan hand tool lain untuk perakitan. Bahannya, akrilik lima milimeter sebagai bahan utama kotak pelindung komponen elektronik.

Komponennya terdiri dari Raspberry Pi 3 Model B yang dimanfaatkan sebagai server pengolah data terkini gempa. Server dilengkapi layar enam inchi Capasitive Touch Screen sebagai media bantu.

Modul GSM menjadi media pengirim data hasil pengolahan ke lokasi sistem alarm ditempatkan. Arduino Uno digunakan mengolah kembali data yang dikirim server untuk jadi parameter menyalakan alarm.

Untuk menampilkan peringatan tsunami digunakan Modul Dot Matrix sebagai peringatan melalui media visual. Lalu, Speaker Alarm sebagai peringatan melalui media audio.

Sedangkan, untuk media satu daya digunakan power supply 12V 5A sebagai sumber utama dan modul step-down DC-DC sebagai pembagi tegangan kekomponen-komponen elektronik lain.

Cara kerjanya, sistem alat deteksi dini tsunami berfungsi sebagai pengolah data informasi gempa. Data didapat dari pusat data milik BMKG yang dapat diakses secara bebas masyarakat.

Pengolahan data itu dilakukan lewat metode HTTP Request ke server BMKG secara berkala. Nantinya, akan direspon server BMKG dengan mengirimkan data format XML yang berisi data gempa terkini.

Diolah, dicocokan data lokasi gempa dengan lokasi alat kendali sistem peringatan berada. Bila data tepat, maka dikirim pesan peringatan dan data informasi gempa ke lokasi paska gempa lewat SMS.

Setelah diterima, akan dicek kembali kebenarannya dan bila lolos akan langsung mengaktifkan alarm pengeras suara tempat ibadah. Serta, ditampilkan visual informasi gempa melalui layar dot matriks.

Alat akan selalu memperbarui data kejadian gempa secara berkala tiap lima menit. Sehingga, diharap memberikan peringatan bahaya tsunami sedini mungkin untuk minimimalisir korban bencana.

"Informasi gempa yang diliris BMKG selalu diperbarui kurang dari 10 menit, data dianggap cukup realtime memantau kejadian gempa di seluruh Indonesia," kata Rohsan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement