Rabu 03 Jul 2019 15:56 WIB

Negeri Impor Sampah

Atas nama menekan biaya, kita menjadikan limbah sampah sebagai bahan pengganti

Warga memilah tumpukan sampah plastik impor di halaman rumahnya di Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (19/6/2019).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Warga memilah tumpukan sampah plastik impor di halaman rumahnya di Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (19/6/2019).

Apa yang terlintas dipikiran anda, ketika di ucapkan kata "sampah"?  Kotor, banyak kuman, jorok, jijik . Ya secara fitrah manusia itu menyukai keindahan dan tidak nyaman akan sampah.

Namun akibat konsumsi yang tidak dibarengi dengan pengaturan dan pengelolaan lingkungan yang baik akhirnya pencemaran lingkungan pun terjadi. Mereka mengimpor limbah sampah plastik maupun kertas. Atas nama menekan biaya produksi, mereka menjadikan limbah sampah ini sebagai bahan bakar pengganti. 

Baca Juga

Jadilah Indonesia dibanjiri limbah sampah dari Luar Negeri. Dalam sehari ada 300 kontainer yang masuk, tidak mengherankan tumpukan kontainer berisikan sampah akan anda jumpai di negeri ini.

Adapun yang dimaksud  sampah yaitu suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sejatinya, limbah sampah mengandung zat kimia berbahaya. 

Jika limbah sampah dibakar maka asapnya mengandung berbagai zat kimia yang jika terhirup manusia akan berdampak pada kesehatan tubuh terutama pada paru-paru. Limbah sampah berdampak pula pada pencemaran lingkungan. Lamanya proses terurainya limbah sampah berdampak pada tercemarnya tanah, kesuburan tanah pun terkikis. Selain itu kandungan zat kimia pada sampah dapat membunuh binatang pengurai seperti cacing tanah.

Begitu berbahanya limbah sampah, justru pemerintah memberikan ijin untuk mengimpor sampah. Impor sampah menjadi bukti bahwa rezim ini tidak memperdulikan masalah pencemaran lingkungan yang terjadi akibat gagal mengelola sampah.  

Terkait impor sampah pula, dikancah politik internasional, sungguh ekonomi negeri ini terlihat lemah tak berdaya. Bisa kita intip mulai dari impor beras, gula, jagung, cangkul, garam, TKA (Tenaga Kerja Asing) dan sebagainya, sampai sampah pun import. Sampai kapan?

Pengirim: Agung Andayani, Pemerhati Media

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement