Kamis 13 Jun 2019 23:55 WIB

Tahun Depan, Unisba Akan Miliki 15 Guru Besar

uUnisba menargetkan akan memiliki 15 guru besar di 2020

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gedung rektorat Universitas Islam Bandung
Foto: Wikipedia
Gedung rektorat Universitas Islam Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Islam Bandung (Unisba), meminta semua civitas akademikanya, untuk bekerja dengan cepat. Karena, menurut Rektor Unisba, Edi Setiadi, Unisba memiliki banyak program percepatan dengan tantangan ke depan yang semakin besar. 

"Salah satu program percepatan yang kami lakukan adalah, kami krisis guru besar yang jumlahnya hanya 10," ujar Edi kepada wartawan usai acara Silaturahmi Idul Fitri 1440 Hijriah Keluarga Besar Unisba di Aula Unisba, Kamis (13/6).

Edi menjelaskan, untuk menambah jumlah guru besar tersebut, belum lama ini Unisba sudah mendidik doktor, lektor kepala untuk di submmit ke artikel internasional.

"Nah sudah subbmit. Maka akan ajukan. Tahun depan Unisba sudah punya 15 guru besar. Kan diajukannya tahun ini maka tahun depan akan lahir paling tidak 15 guru besar," kata Edi.

Menurut Edi, untuk mendorong agar dosen dari lektor bisa berpodes ke lektor kepala, Rektorat Unisba memfasilitasi semua yang dibutuhkan. 

"Bahkan sampai penerjemah kami siapkan. Pokoknya, berbagai fasilitas kami benahi. Biasanya dosen yang menyiapkan ini kami dorong dari universitas," katanya.

Saat ditanya mengapa di Unisba dosennya terlambat naik guru besar, Edi mengatakan, selama ini ada anggapan menjadi guru besar susah. Padahal sebenarnya bukan susah, tapi negara semakin tertib. 

"Kan dengan syarat harus mengajukan ke internasional. Oleh karena itu, dosen galau jadi kita terjun langsung membantu," katanya.

Menurut Edi, dengan penambahan guru besar tersebut, Unisba pun ingin mengejar clusterisasi perguruan tinggi. Saat ini, Unisba peringkat 71 di nasional.

"Kita ingin dengan akreditasi nasional,  dengan meningkatkann sumber daya manusia (SDM), paling tidak bisa 30 lagi lah (peringkat, red) itu target kita," katanya.

Edi menilai, tantangan Unisba ke depan bukanlah semakin ringan, baik tantangan internal maupun ekternal. Tantangan ekternal era revolusi industri 4.0 sudah berlangsung. Sejumlah negara diberbagai belahan dunia telah mengimplementasikan  revolusi industri 4.0 hampir di semua sektor. Akibatnya meminimalisasi tenaga kerja lantaran perannya sudah digantikan mesin digital dan robot. 

"Oleh karena itu pembangunan SDM sudah sangat mendesak," katanya.

Situasi tersebut, kata dia, menunjukan bahwa Unisba tidak boleh berpangku tangan dan membiarkan diri sebagai penonton perkembangan zaman. Unisba harus menyiapkan dan merealisasikan model pendidikan yang bisa menggapai revolusi indistri 4.0. Jadi, kerja keras, semangat kebersamaan harus ditumbuhkembangkan di lingkungan kampus disertai kesadaran dari semua pihak yang berkepentingan bahwa tantangan jaman telah menanti.

"Kita harus secara serempak berada dalam satu kesatuan pandang. Selain itu kita harus mempersiapkan diri bagaimana tantangan itu diambil dengan tidak menghilangkan jati diri," katanya.

Namun, kata dia, kemampuan menghadapi tantangan jaman saja tidak cukup. Oleh karena itu Unisba harus mempersiapkan pembangunan karakter yang lebih intensif. Agar, menjadi pribadi baik sekaligus warga negara yang baik. 

"Spirit 3 M sebagai landasan pembangunan Unisba harus terus menerus di tanamkan supaya kita  bisa meraih tantangan jaman dengan tetap mempunyai karakter yang kuat sebagai seorang mujahid, mujtahid dan mujaddid," paparnya. N Arie Lukihardianti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement