Selasa 25 Jun 2019 12:47 WIB

Sistem zonasi, Benarkah Solusi?

Berbeda dengan zonasi dalam sistem Islam sekolah pertama bagi anak adalah keluarga

Warga berunjuk rasa di kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019). Mereka memprotes kebijakan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berdasarkan zonasi.
Foto: Didik Suhartono/Antara
Warga berunjuk rasa di kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019). Mereka memprotes kebijakan Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) berdasarkan zonasi.

Ratusan wali murid yang tergabung dalam Komunitas Orang Tua Peduli Pendidikan Anak (KOMPAK), menggelar aksi protes di depan Gedung Negara Grahadi, Rabu (19/6) pekan lalu. Selain meminta pemerintah menghentikan proses PPDB, massa juga meminta Mendikbud Muhadjir Effendy diganti.

Desakan agar Mendikbud Muhadjir Effendy diganti juga disampaikan melalui tulisan besar dalam poster yang dibawa pengunjuk rasa. Poster tersebut bertuliskan "Ganti Mendikbud Secepatnya".

Baca Juga

Sistem zonasi yang kini mulai di terapkan ternyata menuai pro kontra dalam  masyarakat. Jika dilihat sekilas mengenai tujuan pemerintah menerapakan sistem zonasi memang terlihat cukup bagus, Diantara nya sistem zonasi akan dapat menghapus kastanisasi pendidikan sehingga tak boleh lagi ada istilah sekolah favorit maupun non favorit , menghasilkan pemerataan pendidikan serta menghemat biaya transfortasi dan lain sebagai nya. 

Namun sistem zonasi juga menyebabkan problem lain timbul, banyak orang tua yang resah karena takut anaknya tidak di terima di sekolah favorit hanya karena masalah jarak rumah dengan sekolah yang relatif jauh dan tidak menghiraukan lagi terkait bagus tidak nya nilai calon peserta didik.

Kemudian yang lebih berbahaya lagi akan mengendorkan semangat para peserta didik untuk belajar lebih giat, toh nanti yang dapat masuk sekolah favorit hanya yang rumahnya dekat dengan sekolah yang dimaksud. Atas sebab inilah kekacauan mulai timbul, banyak orang tua yang memutuskan untuk pindah rumah dekat sekolah favorit dan melakukan suap pada panitia PPDB.

Ditambah lagi banyak daerah di indonesia yang masih tergolong krisis sekolah, terutama di daerah pedalaman yang merupakan daerah blank spot sehingga tidak masuk dalam zonasi manapun. Akhir nya pemerataan pendidikan yang di harapkan pemerintah tidak dapat tercapai justru menghasilkan problem baru. 

Agak nya pemerintah kurang matang dalam menyiapkan sistem ini karena tidak di barengi dengan layanan pendidikan yang merata pula. Tidak semua sekolah memiliki kualitas ,sarana prasarana dan pelayanan yang sama bagus nya dan ini yang seharus nya di perbaiki oleh pemerintah.

Menyediakan layanan pendidikan dan penyediaan sekolah yang merata di semua daerah dengan kualitas yang sama. Sehingga peserta didik rela bersekolah di sekolah terdekat dari rumah karena memang semua kualitas sekolah sama bagus nya.

Disinilah peran penting negara dalam rangka mewujudkan kecerdasan anak bangsa, menjadi tanggung jawab penuh negara. Sehingga negara bukan hanya berperan sebagai fasilitator dan seringkali justru pihak swasta memanfaatkan dunia pendidikan secara kapitalistik. Dan yang lebih penting lagi adalah memberikan edukasi pada masyarakat bahwasanya, komponen pendidikan bukan hanya sekolah, yang lebih mendasar yaitu keluarga dan masyarakat. 

Dimana dalam sistem Islam keluarga adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Betapa banyak orang tua yang lalai akan hal ini,menganggap proses belajar sebatas di sekolah. Padahal inilah yang mendasar dan penting guna membangun pondasi kepribadian serta edukasi mendasar yang diperlukan anak. Serta masyarakat yang perlu di kondisikan untuk senantiasa dapat di jadikan bahan edukasi dan sarat akan ilmu.

Pengirim: Dian ambarwati, Wonogiri

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement