Rabu 19 Jun 2019 19:49 WIB

UGM Naik 71 Peringkat di QS World University Ranking

Peringkat menjadi indikator yang bisa digunakan mendongkrak kepercayaan internasional

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Universitas Gadjah Mada
Foto: en.wikipedia.org
Universitas Gadjah Mada

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada kembali membuat lompatan signifikan. Setelah tahun lalu tempati posisi 391 pada Quacquarelli Symonds (QS-WUR), dalam QS-WUR 2020 yang dirilis bulan ini UGM menempatkan diri di peringkat 320 universitas terbaik dunia.

Rektor UGM, Panut Mulyono menilai, hasil pemeringkatan itu menempatkan UGM sebagai universitas nomor satu di Indonesia dalam reputasi akademik. Ke depan, UGM akan terus melakukan berbagai perbaikan dalam proses dan sistem akademik.

Tujuannya, tidak lain agar misi dan mandat yang telah secara konsisten dikerjakan UGM sejak berdirinya dapat semakin diakui. Selain itu, UGM diharapkan terus menjadi rujukan dan acuan perubahan, serta memimpin di dunia internasional.

"Upaya-upaya perbaikan proses yang dilakukan UGM terbukti mampu meningkatkan posisi UGM, menaikkan 71 peringkat dari tahun sebelumnya," kata Panut, Rabu (19/6).

Ia menilai, pemeringkatan oleh lembaga-lembaga pemeringkat dunia memang bukan menjadi tujuan yang dikejar UGM. Tapi, peringkat itu menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan mendongkrak kepercayaan dunia internasional terhadap UGM.

Itu pula yang membuat tantangan UGM mewujudkan kepemimpinan dalam berbagai bidang semakin berat. Upaya-upaya strategis yang sifatnya jangka panjang harus dapat digeser menjadi strategi pencapaian jangka pendek dan menengah.

Panut menekankan, kualitas karya-karya akademik UGM harus terus ditingkatkan agar dapat menjadi rujukan dan hasilkan dampak yang dirasakan dunia. Ia merasa, civitas akademika UGM perlu mengukir lebih banyak artefak ilmiah yang kontributif terhadap kemanusiaan.

Dampak ini salah satunya dapat diukur dari sitasi karya-karya civitas akademika UGM oleh masyarakat internasional. Mulai buku, karya seni, desain sampai inovasi UGM yang melimpah perlu dikelola sedemikian rupa agar keterbacaannya meningkat.

"Salah satu indikatornya karya-karya tersebut harus memiliki sitasi yang tinggi," ujar Panut.

Ia memaparkan, data yang diolah berdasarkan SciVal (salah satu alat analisis karya akademik) menunjukkan sitasi per dosen UGM sudah meningkat. Dari 1,4 pada tahun lalu menjadi  1,5 lebih tahun ini, walau terobosan meningkatkan kualitas karya-karya UGM harus konsisten.

Selain itu, peningkatan kepercayaan terhadap UGM terlihat pula dari semakin tingginya proporsi masyarakat internasional yang melakukan kegiatan Tridarma bersama civitas akademika UGM. Salah satunya, dengan melakukan studi-studi di UGM.

"Alih-alih mengeluarkan devisa untuk mengirim mahasiswa belajar di luar negeri, akan lebih baik bila pemerintah bersama perguruan tinggi di Indonesia, termasuk UGM, membangun jejaring pendidikan tinggi yang menarik dunia internasional," kata Panut.

Panut melihat, baik akademisi, industriawan maupun mahasiswa, bisa berkarya bersama di Indonesia. Kemudian, sama-sama membangun suasana akademik dengan kualitas yang setara dengan perguruan tinggi di luar negeri.

Terlepas dari itu, Panut memberikan apresiasi tinggi terhadap semua elemen yang telah memberikan daya upayanya dan tidak bosan terus meningkatkan kualitas UGM. Ia merasa, tanpa keringat mereka tidak mungkin UGM bisa menggapai prestasi apapun.

"Terima kasih atas dukungan berbagai pihak, baik pemerintah, dekan, dosen, peneliti, majelis wali amanat, senat akademik, dewan guru besar maupun pemangku kepentingan lainnya terkait capain ini," ujar Panut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement